Lihat ke Halaman Asli

Belajar dari Negara Lain

Diperbarui: 11 September 2015   09:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Bicara pengalaman negara lain"][/caption]Akankah momentum gejolak ekonomi saat ini mengantar Indonesia pada kebangrutan perekonomian? Hal ini ditandai dengan adanya perlemahan nilai tukar rupiah terhadap valuta asing akibat terpaan faktor eksternal berupa kebijakan ekonomi negara lain. Ketika China dengan kebijakannya melakukan devaluasi mata uang yuan untuk meningkatkan ekspornya, Indonesia merupakan salah satu negara yang terkena imbas, sontak nilai tukar rupiah semakin melemah. Selain itu, kebijakan The Fed yang akan mengatur jumlah suku bunga Amerika juga membuat Indonesia semakin tercekik.

Membahas mengenai kebangkrutan ekonomi, terdapat beberapa negara yang diklaim sebagai negara bangkrut di dunia, negara yang memiliki penyebab kebangkrutan mirip dengan kondisi Indonesia saat ini adalah Yunani, Zimbabwe, Jamaika, dan Ekuador.

Pada Maret 2012 lalu, Yunani tidak bisa membayar hutangnya senilai US$ 138 miliar, atau sekitar Rp 1.794 triliun. Namun, Yunani mendapat bantuan dari partnernya di Eropa berupa suntikan dana (bailout), namun hal ini menjadi pemicu terjadinya krisis lanjutan di Yunani hingga saat ini. Hal yang sangat menakutkan akhirnya terjadi, Yunani telah dinyatakan secara resmi menjadi negara bangkrut.

Pada 2008, Zimbabwe menjadi salah satu negara di Afrika yang mencatatkan sejarah buruk dalam perokonomian. Zimbabwe terlilit hutang US$ 4.5 Miliyar atau setara dengan Rp43.2 Triliun.  Dengan kondisi perokonomian yang buruk, masalah besar juga terjadi karena jumlah pengangguran yang tidak terkendali mencapai 80%. Berawal dari mengusung kepentingan politik pada 2000.

Negara berikutnya yang mengalami kebangkrutan adalah Jamaika. Pada 4 Februari 2010, Jamaika berhasil mendapat pinjaman dari IMF US$ 1.27 miliyar untuk periode 3 tahun. Pemerintah negara ini melakukan belanja besar-besaran selama bertahun-tahun. Tingginya inflasi membuat Jamaika tidak bisa membayar hutangnya 5 tahun yang lalu. Saat itu, 40% dari anggaran pemerintah dialokasikan untuk membayar hutang hingga Juli 2012, rasio hutang Jamaika 139%.

Berikutnya adalah Ekuador, Ekuador memang terancam mudah bangkrut. Hal ini dikarenakan negara ini mewarisi banyak hutang dari kemimpinan masa lalu. Ekuador semakin mengalami krisis akibat kebijakan neo liberal. Namun ternyata kebijakan neo liberal tersebut tidak membat keadaan membaik. Hasilnya Ekuador semakin terpuruk sehingga pada tahun 1999, kas Ekuador terkuras habis sedangkan hutang Ekuador saat itu mencapai US$ 3.2 Miliyar atau setara dengan Rp30.73 Triliun tidak dapat dibayar,sehingga pada saat itu ekuador dinyatakan bangkrut.

Bagaimana dengan perekonomian Indonesia, jika dibandingkan dengan Yunani dengan penyebab kebangkurtan karena manajemen perekonomian Yunani yang tidak rapi, banyaknya pelaku korupsi dan pengemplang pajak, tentunya Indonesia juga memiliki berbagai permasalahan korupsi yang menggerogoti birokrasi pemerintahan Indonesia. Banyaknya upaya korupsi yang terjadi di Indonesia tersorot melalui upaya KPK untuk menguak beberapa upaya korupsi yang dilakukan oleh oknum pemerintahan. Jika dibandingkan dengan Zimbabwe, tingkat pengangguran di Indonesia masih jauh di bawah angka pengangguran Zimbabwe, berdasarkan data BPS, tingkat pengangguran terbuka (TPT) didominasi penduduk berpendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebesar 9,05%, disusul jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) 8,17 %, dan Diploma I/II/III sebesar 7,49%. Tahun ini (Februari 2014-Februari 2015) jumlah pengangguran di Indonesia meningkat 300 ribu orang, sehingga total mencapai 7,45 juta orang.

Apabila Indonesia dibandingkan dengan Jamaika, berdasarkan data Bank Indonesia, pada Juli 2015, tingkat inflasi Indonesia tercatat sebesar 7.26 persen, angka ini jauh dibawah tingkat inflasi Jamaika. Sedangkan Indonesia hampir memiliki sejarah yang sama dengan Ekuador, adanya beban utang yang diwarisi oleh pemerintah sebelumnya melalui kebijakan ekonomi. Di Indonesai tentunya pernah mengalami masa orde baru dan diklaim pada masa itu, Indonesia memiliki banyak hutang ke Bank Dunia.

Belajar dari pangalaman atas peristiwa kebangkrutan ekonomi dari beberapa negara, sistem birokrasi pemerintah, korupsi, pengangguran, inflasi, dan kebijakan ekonomi menjadi penyebab terjadinya kebangkrutan ekonomi sebuah negara. Apabila mata uang Indonesia tetap terpengaruh oleh adanya kebijakan negara lain dan menyebabkan nilai rupiah jatuh, hal ini akan berdampak pada penurunan angka pertumbuhan ekonomi yang berdampak pada peningkatan pengangguran. Kondisi seperti ini rawan mengarah pada kebangrutan yang terjadi di Zimbabwe. Selain itu, jatuhnya nilai rupiah juga akan menyebabkan tingginya biaya produksi yang berpangaruh pada peningkatan harga jual sehingga peningkatkan angka inflasi. Kondisi seperti ini rawan mengarah pada kebangrutan yang terjadi di Jamaika. Kondisi Indonesia semakin memperihatinkan ketika banyak oknum pemerintahan yang melakukan korupsi dan hal ini rawan mengarah pada kebangkrutan yang terjadi di Yunani.

Untuk mengantisipasi Indonesia menuju ke ambang kebangkrutan, maka sudah seharusnya kita segera memperbaiki keadaan Indonesia saat ini. Pemerintah dan masyarakat bersama-sama hendaknya memberikan perhatian lebih terhadap upaya memerangi korupsi yang dilakukan oleh oknum pemerintahan serta pemerintah hendaknya melakukan perbaikan birokrasi melalui beberapa perubahan kebijakan yang secara langsung dapat berdampak pada perekonomian Indonesia. Selain itu, pemerintah dan masyarakat Indonesia hendaknya secara sinergi mengembangkan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia dengan baik guna menciptakan kemandirian ekonomi sehingga dapat segera keluar dari pengaruh kebijakan negara lain dan terhindar dari inflasi perekonomian.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline