Lihat ke Halaman Asli

Degradasi Eksplorasi Pergerakan Mahasiswa

Diperbarui: 14 Maret 2018   10:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi. (Sumber: kompas.com)

Mahasiswa sejatinya merupakan "Agen of change" atau pelaku perubahan telah kehilangan esensi dalam mengenali jati dirinya, "social control", "iron stock", "moral force" sudah menjadi istilah-istilah asing bagi kebanyakan mahasiswa. Eksistensi mahasiswa mulai memudar dalam pandangan masyarakat, tidak seperti halnya era 1998 dimana harapan masyarakat dipercayai sepenuhnya berada di pundak mahasiswa untuk memulai reformasi demi masa depan indonesia yang lebih baik.

Pasca gebrakan tersebut mahasiswa dibagi menjadi 5 golongan dalam merespon fenomena sosial, politik, ekonomi dan budaya yang terjadi dalam masyarakat : Pertama, Kelompok Idealis Konfrontatif dimana mahasiswa tersebut aktif dalam menentang kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat melalui aksi demonstrasi dan gerakan-gerakan perlawanan. Kedua, Kelompok Idealis Realistis adalah mahasiswa yang koperatif dalam perjuangannya menentang pemerintah. 

Ketiga, Kelompok Opportunis adalah mahasiswa yang cenderung mendukung pemerintah yg berkuasa dan mengejar materi. Keempat, Kelompok Profesionalis adalah mahasiswa yang orientasinya hanya belajar dan kuliah. Kelima, Kelompok-kelompok Rekreatif yang berorientasi pada gaya hidup yang glamour. Kelompok keempat dan kelima ini yang semakin meningkat dari waktu ke waktu.

Mahasiswa seharusnya berada di barisan terdepan dalam melakukan perubahan dikarenakan mahasiswa merupakan kaum intelektual yang "ekslusif" karena hanya sekian persen pemuda indonesia yang dapat menyandang status Mahasiswa, namun  dari jumlah itu dapat dinilai pula hanya beberapa gelintir yang mau mengkaji peran-peran mahasiswa dalam dinamika kehidupan bangsa dan negara. Dewasa ini mahasiswa telah terserang virus apatisme dan cenderung hedonistik, yang hidup glamour dan serba instan, cenderung hura-hura tanpa memperdulikan masyarakat sekitar yang tertindas dan bahkan jauh dari kata cukup.

Budaya Intelektual menurun drastis terhadap kalangan mahasiswa, terutama budaya membaca buku yang katanya jendela dunia, diskusi dan kajian-kajian serta forum-forum ilmiah mahasiswa merupakan fenomena yang langka dalam pemandangan dunia kampus, yang ada hanya mahasiswa-mahasiswa yang sibuk dengan "gadget" dan akun media sosial nya masing-masing.

Inikah warisan terbaik bangsa yang akan melanjutkan tongkat estapet kepemimpinan dalam meneruskan pembangunan demi tercapainya cita-cita bangsa??

Sebagai contoh sederhana kebanyakan dari pemuda dan mahasiswa lebih suka membaca status "alay" di media sosial dari pada membaca tulisan-tulisan yang mendidik dan mampu menambah pengetahuan.

Lebih banyak meluangkan waktu bermain game online tanpa kenal waktu.. Bukan tak boleh, hanya saja masih banyak pekerjaan rumah yang harus di selesaikan oleh mahasiswa saat ini..

Kegiatan-kegiatan mahasiswa saat ini juga cenderung bersenang-senang tanpa nuansa akademis dan hanya berorientasi pada "asal program kerja berjalan" itupun kalau ikut organisasi.. Kajian-kajian sosial dan keilmuan menjadi sesuatu yang dianggap aneh dan menjemukan.. Sangat jauh dari peran serta fungsinya apalagi untuk memcapai poin ke tiga dari Tri Dharma Perguruan Tinggi..

Sangat wajar jika mahasiswa tak lagi mengenal permasalahan yang dihadapi masyarakat, jangan kan untuk mengekplorasi pergerakan dalam mencari penyelesaian masalah yang solusional, memikirkannya saja mungkin tidak pernah...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline