Tahun baru Islam disebut dengan tahun baru hijriyah. Kata hijriyah merujuk pada peristiwa hijrah atau pindahnya Rasulullah SAW dari Makkah menuju Yatsrib pada tahun 622 masehi. Tahun terjadinya hijrah itulah yang kemudian ditentukan sebagai tahun pertama hijriyah. Adapun penetapannya sendiri dilakukan pada tahun 638 M atau sekitar enam belas tahun setelah peristiwa hijrah.
Meninggalkan Rumah Menuju Gua Tsur
Rasulullah SAW memulai perjalanan hijrah ke Yatsrib pada malam 27 Safar tahun 1 hijriyah. Pada malam itu beliau pergi ke rumah Abu Bakar lalu bertolak dari Makkah ke selatan untuk bersembunyi terlebih dahulu di Gua Tsur. Padahal kota Yatsrib yang akan beliau tuju berada di sebelah utara Makkah. Hal tersebut dilakukan untuk mengelabui kaum kafir Quraisy yang telah bersiap di sekitar rumah Rasulullah SAW untuk menangkap dan membunuh beliau. Para algojo kafir sendiri mengira Rasulullah SAW masih berada di dalam rumah. Mereka tidak tahu kalau sahabat Ali yang masih remaja telah diminta Rasulullah SAW untuk tidur ditutupi selimut hijau beliau. Setelah tahu Rasulullah sudah tidak ada di rumah, mereka langsung melakukan pengejaran ke rumah Abu Bakar. Di sana mereka juga tidak menemukan Rasulullah yang sudah pergi bersama sahabatnya itu menuju gua Tsur.
Menunggu momentum di Gua Tsur
Di dalam Gua Tsur Rasulullah SAW dan Abu Bakar ra menunggu waktu yang tepat untuk melanjutkan perjalanan ke kota Yatsrib. Rasulullah SAW telah merencanakan hijrah dalam waktu yang cukup panjang. Untuk itu, semua hal dilakukan penuh perhitungan dan perencanaan yang matang. Kegagalan beliau saat mengunjungi Toif dua tahun sebelumnya tentu sudah dijadikan pelajaran. Tanpa persiapan yang matang, Rasulullah Saw gagal meyakinkan penduduk Toif yang telah diprovokasi untuk mengusir beliau hingga terluka. Padahal Rasulullah tidak ingin melakukan konfrontasi dengan siapapun. Rasulullah hanya ingin menyampaikan kebenaran. Namun tidak ada peluang bagi beliau untuk berdakwah di sana. Beliaupun kembali Makkah sambil memperbanyak doa dan munajat pada Allah SWT. Betapa kesedihan demi kesedihan bertumpuk tumpuk memberatkannya. Allah swt kemudian memberikan jawaban istimewa dengan memberi beliau kesempatan langka bertajuk Isra Mi'roj. Shalat lima waktu sebagai oleh oleh isra mi'raj belum bisa dijalaankan seperti sekarang karena resistensi yang keras dari para pemuka Qurays.
Baeat Aqabah satu dan dua
Namn demikian Saat musim haji tiba, secara diam diam beliau menjalin komunikasi dengan para jamaah dari luar Makkah. Dari antaranya adalah enam jamaah asal Yatsrib yang dengan suka rela berbai'at kepada Rasulullah SAW di Mina dekat Aqabah. Salah satu point bai'at mereka adalah kesanggupan menjamin keamanan Rasulullah SAW jika nanti beliau datang ke Yatsrib. Sebagai tindak lanjut atas pertemuan tersebut, Rasulullah kemudian mengirim Mush'ab Bin Umair untuk memulai dakwah Islam di Madinah.
Setahun kemudian pada musim haji tahun 622 Rasulullah SAW kembali melakukan pertemuan rahasia dengan jamaah asal Yatsrib yang datang dalam jumlah lebih banyak dari tahun sebelumnya. Pertemuan tersebut kembali dilaksanakan di sekitar Aqabah Mina pada suatu malam. Lalu, lahirlah baiat Aqobah kedua.
Di pihak lain, tokoh-tokoh kafir Quraiys selalu mengawasi pergerakan Rasulullah agar tidak menyampaikan dakwahnya kepada para pendatang dari luar Makkah. Mereka khawatir kekuatan Rasululloh semakin besar. Mereka bahkan melakukan propaganda bahwa Rasulullah itu sebagai pembual, tukang sihir, dan sekadar penyair.
Setelah musim haji tahun tersebut, kaum muslim dengan taat melaksanakan perintah hijrah secara bertahap. Kaum kafir Quraiys menyadari bahwa eksodus kaum muslim ke Yatsrib suatu saat akan memjadi masalah serius. Keberadaan muslim di Yatsrib dapat mengancam eksistensi bisnis kafir Makkah yang biasa berniaga ke wilayah Syam dengan melewati Yatsrib. Merekapun melakukan berbagai cara agar kaum muslim tidak jadi meninggalkan Makkah. Dalam suatu pertemuan diputuskan bahwa cara paling efektif untuk mencegahnya adalah dengan menangkap dan membunuh Rasulullah SAW. Lalu dibuatlah sayembara dengan iming-iming hadiah yang sangat besar bagi siapapun yang berhasil menangkap Rasulullah SAW hidup atau mati.
Rasulullah tentu sudah memperhitungkan adanya persekongkolan untuk menangkap dan membunuh dirinya. Oleh karena itu Rasulullah sudah mengantisipasi dengan berbagai strategi pengelabuan dan pengecohan yang melibatkan beberapa sahabat. Selain sahabat Ali yang disuruh tidur di tempat tidur beliau, hijrah Rasulullah juga didukung oleh dua anak Abu Bakar yakni Asma dan Abdullah. Asma bertugas menyuplai logistik makanan Rasulullah Saw dan Abu Bakar selama bersembunyi di gua Tsur. Sementara Abdullah bertugas mengabarkan perkembangan informasi situasi Makkah.