Lihat ke Halaman Asli

Beerrrrr...Dinginnya Berendam di Bawah Air Terjun Takkapala, Malino

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_114562" align="alignleft" width="300" caption="Air Terjun Takkapala, di Kota Bunga Malino, Kab. Gowa, Sulsel"][/caption] Sekali merangku dayung, dua tiga pulau terlampaui. Sepertinya pepatah inilah yang layak menggambarkan perjalan ku kali ini di Kota Bunga Malino, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Pasalnya, selain menghadiri Kongres ke XVI Lembaga Pers Mahasiswa Hukum Universitas Hasanuddin (LPMH-UH), aku pun menyempatkan untuk jalan-jalan di tiga tempat wisata yang diwarkannya yaitu di Hutan Pinus, Air Terjun Takkapala, dan Lembah Biru. Tetapi dalam perjalan kali ini aku hanya bisa bercerita mengenai perjalanku di Air Terjun Takkapala. Saat masa jedah di hari ke dua (18 Juni 2011) pelaksanaan Kongres LPMH-UH, aku bersama dengan Kanda Alam, Nurul dan Dinar memilih menikmati keindahan alam Air Terjun Takkapala. Pukul, 08:30 Wita, ditengah-tengah peserta Kongres LPMH-UH yang masih bergelut dengan bantal karena harus begadang sampai pagi. Diam-diam kami pun bergegas menuju ke lokasi Air Terjun Takkapala, sekitar 2 Km dari penginapan kami. Dengan mengendarai motor Shogun milik Ahsan Yunus (Acca) aku berboncengan dengan Dinar meluncur ke Obyek Wisata Air Terjun Takkapala. Dan dengan motor Revonya, kanda Alam Nur yang berboncengan dengan Nurul menyusul dan menyalip kami dari kiri. Jalanan yang berbelok-belok dan menurun membuat perjalanan kami cukup menantang dan seru, apalagi jalanan yang dilalui baik dari kiri dan kanannya di apit beberapa pegunungan dan jurang. Kurang lebih 15 menit dalam perjalanan, akhirnya rasa penasaranku akan ke indahan Air Terjun Takkapala terobati jua, Air terjun yang tingginya kurang lebih 50 meter, terlihat dari kejauhan dan itu menambah rasa penasaranku untuk berendam di tempat tersebut. Agar moment ini tidak terlupakan begitu saja dalam memori kehidupanku, sesekali kami berhenti di perjalanan untuk mengambil gambar. Tak lama, kami pun sampai di wilayah pemukiman penduduk, sekitar 200 meter dari Air Terjun Takkapala. Namun aku sayangkan, motor tak bisa sampai di sana dan harus menempu perjalanan kaki sekitar 200 meter dari rumah penduduk. Dengan ditemani dua orang penduduk yang lupa aku tanyakan namanya, dan tanpa persetujuan dari kami sebelumnya, mereka mencoba memandu kami dari pemukiman warga ke lokasi Air Terjun Takkapa. Mengenai upahnya, hemmmm....pengunjung tak usah khawatir, sebab mereka tak menetapkan tarif , dan itupun tanpa persetujuan dari pengunjung terlebih dahulu, makanya upah mereka tergantung dari keihlsan pengunjung yang dipandunya. dan pada saat itu kami hanya merogoh kocek sebesar Rp. 10.000,- untuk dua orang pemandu kami. murah yach...? oiy, ada yang aku lupakan, untuk memasuki daerah ini, pengunjung dikenakan biaya masuk sebesar Rp. 2.000,- per orangnya. Perjalan wisata yang murah dan menegangkan. Dalam perjalanan aku menoleh ke kiri dan ke kanan, dan ditempat tersebut banyak menyediakan penginapan bagi wisatawan yang harganya cukup terjangkau, karena tidak semua penginapan (villa) di desain dengan konsep modern (rumah batu) tetapi tetap mempertahankan model asli masyarakat disana yaitu penginapan yang berupa rumah panggung. Dibawa deraian air yang begitu lembab nan dingin mulai membasahi pakaianku dan membuat tubuh ini semakin kedinginan. Dan tak lama menempu perjalanan kaki, akhirnya kami pun tiba di bawa air terjun. Kanda Alam, Nurul dan Dinar  memilih untuk menikmati dinginnya cuaca, keindahan dan kesejukan yang ditawarkan obyek Wisata Air Terjun  Takkapala. sesekali mereka pun mimilih untuk mengambil gambar di sela-sela bebatuan besar sungai tersebut. Diriku yang datang ke tempat ini  memang pada awalnya tak hanya ingin menikmati pesona keindahan yang ditawarkan Air Terjun Takkapala, seperti yang dilakukan oleh kanda Alam Cs. Dalam batinku, berkata, "Jika aku hanya duduk di atas bebatuan besar dan menikmati pesona keindahan Air Terjun Takkapala sebatas penglihatanku, maka selamanya aku akan penasaran dengan tempat ini. Dan jika aku tidak turun berendam di bawah air Terjun Takkapala, maka  tak ada bedanya mendatangai tempat wisata lain". Dengan berbekal sedikit informasi dari pemandu wisata kami,bahwa di bawah air terjun tersebut aman untuk berenang.  akhirnya, akupun pemanasan dan merenggangkan otot-otot supaya pada waktu berenang nantinya tidak terjadi kram pada ototku. Seusai pemanasan aku pun berendam   di bawa air terjun yang sedingin air es. hehehehehe aku tidak berapa celcius dingannya air tersebut.Dan ternyata diantara pengungjung yang datang saat itu, tak ada pula yang berani untuk berendam bersamaku, sesekali yang terdengar dari mulut mereka hanya kata "dingin" dan dinging. Berrrrrr... dan memang sungguh dingin rasanya,  hanya berselang beberapa menit aku berendam di tempat tersebut, rasanya tubuh ini tak mampu menahan dinginnya Air Terjun Takkapala. Karena hari mulai siang dan demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, aku pun memutuskan untuk beranjak naik dan bergegas pulang ke tempat Kongres LPMH-UH bersama Kanda Alam, Nurul dan Dinar. Akhirnya, rasa penasaranku terhadap suatu objek wisata di Malino terobati jua. dan Aku pun berkata "seseoarang yang berkunjung ke Air Terjun Takkapala, Malino tidak akan pernah seseru  perjalanku disini kecuali dia menyempatkan turun berendan ke dalam air yang dinginnya sedingin air es" Ditulis di : Sekretariat LPMH-UH pukul 22:24 Wita

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline