Senyawa pembelajaran jadi riuh dengan uluran pendapat yang bergulir dari berbagai pikiran siswa, musababnya adalah ketika sang guru bertanya tentang "perlindungan dan penegakan hukum di Indonesia" materi tersebut ada dalam mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan bagi kelas 12 atau di tingkatan sekolah menengah atas dari buku paket berbasis Kurikulum 13.
Dengan muatan materi tersebut, tak pelak memancing siswa bereaksi dalam menyampaikan pendapatnya, perihal kondisi hukum kiwari. Sebagai guru saya mencoba berasumsi bahwa apa yang mereka sampaikan sebagai bagian daripada pandangan reaksioner melihat kondisi pelaksanaan hukum berlangsung akhir-akhir ini.
Pandangan yang terlontar dari banyak siswa mengenai pelaksanaan dan perlindungan hukum di Indonesia mendapat tanggapan buruk dari siswa. Sebagai generasi melek digital, yang dijejalkan lalu lintas informasi memiliki pengetahuan terkini, termasuk kondisi pelaksanaan hukum tersebut. Keterbukaan informasi menjadi penyambung adanya pengawasan oleh masyarakat. Kinerja buruk penegak hukum sangat wajar mendapat kritikan, pasalnya mereka mendapat fasilitas gaji dari negara yang bersumber dari pajak rakyat.
Awalnya banyak dari siswa ragu untuk menguatarakan opininya, namun karena melihat bagaimana suasana kelas memiliki antusiasme, yang secara tidak langsung mampu mengiring mereka untuk dituliskan pendapatnya di papan tulis. Misalnya ketika kita mengambil salah satu contoh yang disebutkan siswa, bahwa hukum terkadang baru bergerak cepat dan tangkas kalau sumbu desakan viralitas hadir dari warga maya.
Menjadikan siswa sebagai pusat pembelajaran memiliki nilai keunggulan dalam proses belajar mengajar. Siswa akan memiliki rasa kepercayaan diri yang memukau, merasa bahwa pelajaran ini adalah bagian daripada miliknya, dengan memberikan mereka suasana nyaman akan berdampak pada ketidakraguan mereka menelurkan gagasan yang dimilikinya.
Pada posisi yang lain, ada suasana berfikir kritis yang terbangun, sebagai guru saya coba memandu setiap pendapat dengan mengulik kembali, apa alasan kemudian siswa ini berpendapat demikian. Dengan manajemen kelas yang baik yakni kemampuan guru untuk mengelola ruang pembelajaran akan mampu menghasilkan pembelajaran yang bisa mengaktifkan nalar kritis siswa.
Dari sini pula saya atau kita beranjak, menengok pelaksanaan hukum berlangsung, penegak hukum dapat kita soroti sebagai bagian yang bertanggung jawab untuk memulihkan kepercayaan hukum kepada publik yang semakin tergerus. Sangat penting kiranya penegak hukum dan pejabat publik memberikan teladan kepada generasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H