Lihat ke Halaman Asli

M. Irfan Afandi

Karyawan Swasta

Pengusung Mencerminkan Pemimpin

Diperbarui: 20 Juni 2015   05:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sistem Pemilu Presiden telah menghasilkan2 pasangan calon presiden, yakni pasangan H. Prabowo Subianto dan H.M. Hatta Radjasa serta pasangan H. Ir. Joko Widodo dan H.M Jusuf Kalla.

Adanya sistem yang tidak hanya mengajukan calon presiden namun juga dengan pasangannya, yaitu calon wakil presiden sebenarnya sudah kelihatan jelas bagaimanapun juga Presiden terpilih ke depannya tidak akan bekerja sendirian. Ketika pasangan calon presiden dan calon wakil presiden harus diajukan oleh partai peserta pemilu legislatif semakin menegaskan bahwa membangun negeri memang harusnya bersama-sama seluruh elemen negeri ini.

Pemegang kunci kekuasaan tentu saja adalah presiden terpilih, yakni antara sosok seorang Prabowo ataukah Jokowi di mana segala aspek kepribadian, kepemimpinan, dan segala kehidupannya layak dikritisi sebelum dipercaya untuk memimpin negeri. Hatta dan Jusuf. Namun ketika roda pemerintahan dijalankan maka mesin pemerintahan akan dihidupkan oleh semua orang yang ada di sekitar sang pemimpin negeri, di situ banyak sekali nama dan sosok yang beredar, yang menurut hemat penulis nama-nama dan sosok yang ada tidak akan jauh dari yang mendorong, mendukung dan menyokong selama proses meraih kepercayaan untuk terpilih dalam kompetisi Pemilihan Presiden. Dan, bilamana presiden terpilih menunjuk orang (para pembantu presiden) tentu saja sangat potensial memilih orang di sekitarnya yang kiranya akan ada wilayah politik dan ada juga yang professional. Bila orang yang ditunjuk mempunyai kemampuan sesuai dengan tugas maka beruntunglah kita, namun apabila hanya berbagi roti maka habislah kita.

Dalam kubu Prabowo ada FadliZon, Desmon, Pius dkk, Aburizal Bakri, Idrus Marham, Tantowi Yahya, Nurul Arifin, Anis Matta, Fahri Hamzah, Hidayat Nurwahid, Suryadharma Ali, Rohmahurmuzy, Emron Pangkapi, Hatta Radjasa, Amien Rais, Catur SaptoEdi, George Toisutta, Zulkifli Hasan, Hilmi Aminudin, Didik J. Rachbini, Rhoma Irama, Mahfud MD, Ahmad Dhani, Ali Masykur Musa, Hari Tanoe, Marzuki Ali, Riza Patria, Hashim Djojohadikusumo dan banyak lagi lainnya.

Dalam kubu Jokowi ada Surya Paloh, Ferry Mursidan dkk, Tjahyo Kumolo, Pramono Anung dkk, Wiranto dkk, Muhaimin Iskandar, Marwan Jafar dkk, Anis Baswedan, Dahlan Iskan, Luhut Panjaitan, Sutiyoso, Akbar Faisal, kadir Karding, Sarifudin Sudding, Budiman Sujatmiko, Maruarar Sirait, Helmi Akbar Faisal, OC Kaligis, Hendri Yosodiningrat, Hasto Kristiyanto dan juga banyak lainnya

Semua nama itu patut juga dikritisi sebagaimana mengkritisi para calon presidennya. Presiden yang baik sekalipun akan juga kesulitan menjalankan kebijakannya bilamana orang di sekitarnya adalah orang-orang yang berpotensial “menganggu” kebijakan itu sendiri. Tentu saja nama di atas adalah tim pemenangan yang perannya di masa datang bisa akan berbeda, namun indikasi kekuasaan yang bisa dibagi harus dilakukan pengamatan mendalam.

Pilihan RI-1 sudah bukan lagi masalah Prabowo atau Jokowi. Pilihan kita adalah pemimpin baik dengan orang-orang yang baik, pemimpin baik dengan dengan orang-orang yang tidak baik, pemimpin buruk dengan orang-orang yang baik, pemimpin buruk dengan orang-orang yang buruk.

Selamat Berfikir…….




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline