Lihat ke Halaman Asli

Indonesia Bakal Diserbu "Travel Writer" Asing

Diperbarui: 17 Agustus 2018   23:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Photo by rawpixel on Unsplash

Mulai bulan Agustus hingga Oktober nanti Indonesia akan dibanjiri ribuan travel writer asing (TWA) yang datang dari berbagai penjuru dunia. Siapakah mereka ini? Sebagian besar mungkin adalah atlet, anggota tim official, peneliti, akademisi, praktisi, pebisnis, hingga wartawan. 

Masing-masing memiliki latar belakang profesi asli yang berbeda. Namun sejatinya mereka adalah para travel writer yang akan menuliskan pengalaman berkunjung ke Indonesia.

Ada tiga kota besar yang akan menjadi destinasi utama para travel writer ini. Jakarta dan Palembang untuk Asian Games dengan peserta kurang lebih 1.400 orang, serta Bali yang akan menjamu para delegasi pertemuan IMF-WBG Annual Meetings dengan peserta sekitar 1.500 orang. Apakah mereka akan mengunjungi lokasi lain yang juga terkenal seperti Lombok, Banyuwangi, Borobudur hingga Bromo? 

Menurut saya, hal ini sangat mungkin terjadi. Sebelum berangkat, para travel writer umumnya melakukan riset 5W1H tentang objek tulisan, serta memikirkan pilihan destinasi lain untuk memperkaya materi tulisan.

Seorang travel writer biasanya jeli dalam menangkap cerita dari tempat yang ia kunjungi. Meski lokasinya sama dan banyak orang yang telah berkunjung kesana, namun travel writer akan mampu memberikan sudut pandang yang berbeda. Bahkan mungkin bisa dari sudut pandang profesi asli para travel writer. 

Berbagai peristiwa yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini bisa menjadi bahan untuk memulai sebuah tulisan. Salah satunya adalah peristiwa gempa bumi di Lombok. Bagaimana fase pemulihan pasca bencana gempa, korban, peran pemerintah dan masyarakat adalah beberapa topik yang menarik perhatian para penulis ini. 

Selain itu, situasi politik di Ibu kota yang kembali menghangat akhir-akhir ini juga akan mendapat sorotan dari mereka. Hal lain seperti kondisi ekonomi, kesiapan dan ketersediaan infrastruktur pendukung, hingga kepuasan terhadap layanan penginapan dan sajian kuliner yang tersedia pun tak akan luput dari pengamatan. Intinya, para penulis ini sangat mahir memaksimalkan seluruh panca indera untuk mendapatkan materi tulisan.

Potret dan interaksi yang didapatkan, materi dan fakta yang dikumpulkan, akan diramu dalam sebuah tulisan perjalanan. Luarannya pun beragam, mulai laporan perjalanan resmi, tulisan pada laman blog dan social media hingga buku.

Dari kacamata seorang travel writer asing, Indonesia saat ini memiliki momentum yang tepat. Momentum yang melibatkan event, peristiwa, dan manusia. Sebaliknya, Indonesia harus mampu memanfaatkan kehadiran ribuan travel writer asing sebagai medium untuk menyampaikan pada dunia, bahwa kita siap dan mampu untuk menyelenggarakan event besar, saling membantu korban bencana, dan tetap bersatu meskipun memiliki pandangan politik yang berbeda. 

Saya yakin, ketika kita mampu untuk melakukan itu kemudian ditangkap dengan baik oleh para travel writer asing lalu dirupakan dalam bentuk tulisan perjalanan, maka persepsi dunia terhadap Indonesia akan menjadi positif. Meskipun membutuhkan waktu, namun dampak yang paling terasa dari peningkatan citra positif nantinya adalah bertambahnya jumlah wisatawan yang datang ke Indonesia.

Perlu kita tahu bahwa data yang dirilis Bank Dunia (2016) menunjukkan bahwa sektor pariwisata Indonesia menyumbangkan 10% dari Produk Domestik Bruto Nasional dan menempati peringkat 4 sebagai penyumbang devisa nasional, sebesar 9.3%. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline