Lihat ke Halaman Asli

Hotma Sitompul di Balik “Curhat” Gayus?

Diperbarui: 26 Juni 2015   09:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="640" caption="Hotma Sitompul/Admin (tribunews.com)"][/caption]

Dari sekian banyak hal yang aneh dari “curhat” Gayus yang diucapkan setelah vonis adalah bagian berikut: “Namun justru Denny bermanuver sendiri yang merugikan luar biasa saya dan Bang Buyung, dengan selalu menembak Ical. Bukannya membongkar mafia pajak yang kemungkinan melibatkan Direktur dan Dirjen Pajak, atau membongkar peran Cirus Sinaga yang kemungkinan membongkar kasus Antasari.”

Selain sebagai jaksa peneliti dalam kasus Gayus, Cirus adalahjaksa penuntut umum dalam kasus Antasariyang diduga sarat dengan rekayasa itu. Pertanyaan yang timbul: mengapa Gayus ikut campur dalam urusan Antasari? Mengapa Gayus tertarik pada asumsi bahwa jika Cirus diseret dalam kasus Gayus, maka Cirus akan membuka mulut membongkar rekayasa kasus Antasari? Mengapa Gayus peduli dengan kasus Antasari?

Apakah Gayus dipengaruhi kuasa hukumya, Hotma Sitompul?Sejak awalAdnan Buyung tidak bersedia jadi penasihat hukum Gayus dalam perkara Gayus keluar dari rutan, jalan-jalan ke Bali-Singapura-Macau, dan pasport aspal. Buyung ingin konsentrasi dalam kasus utama Gayus, yaitu mafia hukum dan pajak. Tidak jelas bagaimana prosesnya, Hotma Sitompul kemudian menjadi penasihat hukum Gayus dalam perkara yang tak ditangani Buyung ini. Hotmalah yang mendampingi Milana ketika ia diperiksa di Mabes Polri dalam kaitan pasport aspal itu.

Hotma adalah salah satu penasihat hukum Antasari yang telah divonis 18 tahun penjara, dan dikuatkan dalam pengadilan banding dan kasasi. Saat ini tim kuasa hukum Antasari sedang bersiap mengajukan peninjauan kembali (PK). Boleh diduga, bukan kehendak Gayus menghubung-hubungkan Cirus dengan kasus Antasari dalam curhatnya itu. Boleh didugaitu atas pesanan Hotma. Tetapi apa motifnya? Membuka kembali wacana tentang dugaan rekayasa kasus Antasari berguna sebagai pemanasan menjelangPK. Selain itupengungkapan kembali kasus Antasari akan menghidupkan kembali opini bahwa dalang rekayasa kasus ini ada di pusat kekuasaan. Sudah sejak lama dugaan rekayasa kasus Antasari dihubung-hubungkan dengan penyelidikan kasus Century yang dilakukan KPK saat itu. Jika opini semacam ini dihidupkan lagi, maka yang diuntungkan adalah mereka yang selama ini menyandera SBY dengan kasus Century.

Tetapi mengapa Gayus bersedia melaksanakan skenario Hotma dalam curhat itu? Sebagai seorang family man yang mencintai anak istrinya, Gayus kecewa dengan Denny Indrayana yang mengintimidasi Milana melalui BBM. Hotma berkali-kali membesar-besarkan intimidasi ini dan akan melaporkan Denny ke Bareskrim.Kekecewaan Gayus pada Satgas bertambah-tambah karena perlindungan kepada Gayus sebagai whistle-blower yang dijanjikan Satgas, hanya isapan jempol. Paling tidak, dalam pandangan Gayus, balasan atas sikap kooperatifnya berterus terang membongkar sebagian jaringan mafia pajak dan mafia hukum ini dapat diwujudkan dalamtuntutan jaksa yang proporsional, tidak 20 tahun. Fakta-fakta ini boleh jadi membuat Gayus berbalik arah memojokkan Satgas.

Hal aneh lain, mengapa Gayus berkelit seolah ia tak punya niat melibatkan Group Bakrie dan menuding Satgas yang mengarahkannya? Bukankah Gayus sudah sejak di Singapura bertanya ke Kabareskrim Ito Sumardi: “Bagaimana kalau saya naikin Bakrie?” Bukankah Gayus secara resmi telah mengakui di pengadilan bahwa ia menerima uang 3,5 juta USD dari Arutmin, KPC, dan Bumi? Bukankah Buyung, dan bukan Satgas,yang paling sering meminta polisi mengungkap keterlibatan Group Bakrie? Mengapa Gayus menjadi sedemikian galak memojokkan Satgas dan terkesan membela Ical? Lagi-lagi, adakah peran Hotma di sini?

Sebelum dibacakan, Buyung tidak tahuisi curhat Gayus. Gayus hanya bilang ingin menyampaikan sesuatu ke media masssa dan kemudian Buyung memfasilitasinya. Apakah ada peran Hotma dalam isi curhat yang dibaca Gayus itu? Sudah sejak awal Hotma mengritik pedasSatgas. Hotma meminta Denny dan Mas Achmad Santosa mundur dari Satgas. Dalam berbagai kesempatan Hotma juga berusaha meyakinkan publik bahwa para wajib pajak (perusahaan-perusahaan) itu tidak bersalah. Dalam kasus Gayus, Hotma berusaha membelokan opini bahwa tidak ada kongkalikong antara perusahaan-perusahaan itu dengan oknum-oknum Ditjen Pajak. Hotma ingin membersihkan dosa perusahaan-perusahaan itu dengan mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan itu ditekan oknum Ditjen Pajak dengan angka pajak yang tinggi sehingga perusahaan-perusahaan itu banding. Tidak ada kesalahan dari pihak perusahaan-perusahaan itu, kata Hotma. Kalau perilaku Hotma seperti ini, Hotma sedang memainkan agenda apa? Mengapa ia mau jadi pembela Gayus dan istrinya tanpa bayaran? Adakah pihak lain yang membayar Hotma?

Faktanya, dengan curhat itu, Icaldan Golkar senang karena “kebenaran”sekarangberpihak kepada mereka. Bahwa Hotma berjalan seiring dengan Ical dapat dilihat dari seringnyaHotma tampil di TVOne. Hotma dan politisi Golkar Azis Syamsuddin diwawancara TVOne membahas curhat Gayus ini sambil sekali lagi memojokkan Satgas. Apakah Ical, melalui Hotma,berhasil “membajak” Gayus sehingga tudingan Gayus sekarang mengarah ke Satgas dan SBY? Ical tidak mau disandra kasus Gayus, sehingga Gayus sekarang “dipegang” melalui Hotma.

Yang juga patut dicermati, apakah dengan menyebut keterlibatan agen CIA, ada agenda untuk menunjukkan bahwa Amerika berkepentingan dalam kasus Gayus? Bukankah adaada 5 perusahaan Amerika yang ditangani Gayus? Dari curhat Gayus seolah-olah ada pesan: mengapa hanya menyorot Bakrie sajapadahal ada 5 perusahaan Amerika yang terlibat dalam manipulasi pajak? Akan bertambah panas jika dihidupkan opini bahwa SBY sangat pro Amerika dan kampanye SBY dulu dibiayai perusahaan Amerika.

Saya tidak menyangkal bahwa Satgas, dalam kadar tertentu, mempolitisasi kasus Gayus. Tetapi intinya, curhat Gayus ini semakin meyakinkan kita bahwa kasus ini semakin terbenam ke lumpur politik. Tidak heran jika SBY ngotot ingin kasus ini tetap dipegang polisi, tidak diserahkan ke KPK. Bagi SBY, karena Polri ada dalam genggamannya, maka kasus ini masih dalam kendali politik SBY. Pada akhirnya, kasus 149 perusahaan di balik 100 M uang Gayus tak akan tuntas. Kasus ini tetap akandipilah-pilah sesuai selera kekuasaan dan sesuai kompromi politik di belakang layar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline