Lihat ke Halaman Asli

Irfan Mansur

Tinggal di Sulawesi Selatan, Kab. Jeneponto. Sedang Belajar di UIN ALAUDDIN MAKASSAR.

Perspektif Irfan dalam Beragama

Diperbarui: 14 Juni 2020   11:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setiap agama pasti memiliki pedoman yang baik. Namun dalam beragama kita harus mampu untuk saling berinteraksi dan menerima pendapat orang lain. Sebuah kekeliruan besar menurut saya jika hanya aliran agamanya yang mereka benarkan semata dan aliran agama lain di anggapnya sebagai aliran sesat/kafir. 

Bukankah Nabi Muhammad SAW.Mengatakan sebelum rohnya dicabut, bahwa suatu saat nanti agama islam akan menjadi 73 golongan. Dan di antara 73 golongan tersebut hanya satulah yang akan selamat. Bukankah ini merupakan suatu landasan untuk tidak merasa paling benar dalam beragama? Dan tak ada satupun di dunia ini yang mampu mengukur pahala ataupun dosa seseorang atau bahkan menghakimi seseorang sebagai orang kafir. Ini merupakan paham yang sangat keliru. 

Logikanya, ketika kita melihat seseorang yang sedang shalat berjamaah, tentu kita tak mampu mengukur siapakah di antara mereka yang paling besar pahalanya. Yang mampu mengukurnya hanya ALLAH SWT. 

Jadi, jangan jadikan agama sebagai motor untuk saling menghakimi dalam beragama, mari bersama-sama melakukan perjalanan spiritual, perjalanan pensucian lahir dan batin guna mendapatkan puncak kesucian. Kita harus mampu bertoleransi dengan agama-agama TUHAN. Ali bin Abi Thalib, pernah berkata, jangan lihat siapa yang berkata, tapi lihatlah apa yang dia katakan. Mungkin kurang lebih seperti itu. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline