Awal bulan desember 2019, saya berniat berkunjung ke pasar buku palasari bandung untuk memburu beberapa buku sebagai referensi tugas kuliah saya.
Alasan saya mengambil pasar buku palasari sebagai tempat tujuan mencari buku, tentunya karena pasar buku palasari sudah menjadi tempat rekomendasi bagi para mahasiswa dan juga tenaga pengajar (dosen), karena sekitar daerah Bandung disanalan pusatnya pasar buku baik yang maih baru ataupun dengan kualitas bekas, dan tentunya dengan harga-harga yang terjangkau.
Karena itu saya sangat antusias sekali untuk segera mengunjungi pasar buku tersebut.
Tak memakan waktu lama untuk menempuh perjalanan dari bundaran cibiru menuju jl. Palasari, Pasar Lodaya, Kota Bandung, hanya memakan waktu 30 menit karena kondisi lalu lintas waktu itu dalam keadaan normal.
Setibanya di pasar, ternyata benar apa yang dikatakan orang, pasar palasari merupakan tempat dimana ribuan buku-buku dipajangkan di tiap toko/etalase untuk dijual.
Sayang nya, diitengah proses saya mencari buku yang saya butuhkan, kerapkali tak sedikit menjumpai buku-buku kualitas bajakan diberbagai gerai maupun toko yang terdapat di pasar buku palasari.
Bahkan, dua diantara empat buku yang saya cari merupakan kualitas buku bajakan yang tentunya membuat saya kecewa. Pasar buku palasari yang sudah menjadi bahan rekomendasi oleh teman-teman akademisi ini ternodai dengan maraknya buku-buku bajakan yang ditawarkan.
Dua buku yang dimaksud di antaranya berjudul "Dunia Shopie" karya Jostein Gaarder dan "Sejarah Indonesia Modern" karya sejarawan M.C Ricklefs.
Sebut saja kualitas kertas, cover, sampai tulisan yang pudar yang tidak optimal merupakan ciri bahwa buku tersebut terindikasi bajakan, dan yang paling mudah membuat calon pembeli untuk meliriknya yaitu harga yang ditawarkan sangat ekonomis .
Tentunya saya sudah mempelajari tentang kriteria-kriteria buku bajakan.
Setelah saya mengetahui hal tersebut, Cecep teman sekelas saya di kampus, ternyata sudah mengetahui hal tersebut dan bukan hal asing baginya.