Lihat ke Halaman Asli

Irene Sugiharto

Konsultan / Trainer

Saatku Bersimpuh di Hadapan Sri Paus

Diperbarui: 26 September 2024   15:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto: Kompas TV/ Tribunnews.com

Berkat "malaikat-malaikat" di dunia ini, yang Tuhan hadirkan dalam kehidupanku, hampir satu bulan yang lalu aku dapat merasakan dari jarak yang begitu dekat Misa Agung dan kebersamaan bersama Sri Paus dalam satu panggung yang sama.

Selama misa berlangsung aku sungguh-sungguh dapat menikmati memandang terus menerus satu jam lebih wajah Sri Paus yang sungguh-sungguh nyata dipenuhi Roh Kudus. Sungguh sebuah berkat. Untukku Paus Fransiskus adalah personifikasi Yesus di bumi ini.

Berkat Penyelenggaraan Ilahi, aku pun dapat mewujudkan mimpiku untuk dapat bersujud-simpuh di hadapan Sri Paus. Kucium tangannya. Sri Paus menggenggam kepalaku. Kepada Sri Paus, kuucapkan terima kasih atas kehadiran beliau di Indonesia. Sri Paus pun tersenyum. Aku pun kembali mencium tangan Sri Paus dan Sri Paus pun memegang kembali kepalaku.

Aku merasa seperti curhat dengan seorang ayah padahal aku tak mengenalnya. Aku merasa Roh Kudus yang hadir menyentuhku. Takdir yang tahu bahwa aku merindukan ayahku. Terima kasih Bapa bahwa Engkau mengijinkan momen langka ini terjadi.

Di penghujung pertemuan itu, Sri Paus kembali menggenggam tanganku sambil menyelipkan Rosario. Rosario yang sekarang menjadi berkat bagi banyak orang. Takdir memang takdir. Semoga Roh Kudus selalu hadir menyinari keluargaku.

Seperti nama Fransiskus yang dipilih Sri Paus sebagai nama penggembalaannya, semoga aku pun dapat terus menerus belajar menjadi seperti Santo Fransiskus dari Assisi; untuk dapat mewujudkan sikap kerendahan hati dalam kehidupanku sehari-hari.

Segala rasa dan pengalaman hingga Misa Agung merupakan takdir yang sudah digariskan Ilahi untukku. Segala rasa dan pengalaman pasti akan membawa berkat dan hikmah tersendiri untukku. Semua pasti akan indah pada waktunya. Karena rencanaku belum tentu rencanaNya. Tapi pasti Dia yang tahu apa yang baik bagiku. Hikmah jangan dicari, namun pengalaman harus digali. Baik atau buruk adalah seni menuju pendewasaan dan kematangan iman.

Tuhan Yesus, Bunda Maria, Santo Yosef, Santo Bartholomeus, terima kasih atas segala pembelajaran ini.

Aku tahu aku dalam lindunganNya.

Semoga suatu ketika nanti aku masih boleh merasakan dekapan Sri Paus, melepas rindu pada Bapakku.

Terima kasih semesta untuk segalanya.

Sumber foto: Kompas TV/ Tribunnews.com




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline