Lihat ke Halaman Asli

Caleg Milenial, Kenapa Tidak

Diperbarui: 2 April 2019   01:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. pribadi

Perpolitikan Indonesia memang masih didominasi oleh kaum tua. Suara anak muda cenderung dibungkam dan hanya dijadikan alat untuk menggalang dukungan ketika yang tua-tua itu berkoar-koar. Anak muda dianggap awam dan masih belum berpengalaman.

Di tahun 2019 ini, yang notabene tahun politik, posisi anak muda mulai diperhitungkan. Anak muda diposisikan sebagai penentu kemajuan, atau malah kemunduran demokrasi?

Peran anak muda sebagai penyumbang suara yang cukup besar dalam pemilu kali ini membuat anak muda sering menjadi objek sasaran partai politik dan politisi untuk diraih suaranya dalam pemungutan suara karena keidealismeannya dan masih mudah dipengaruhi keberpihakannya.

Belakangan ini para politisi pun mulai menyadari pentingnya media sosial sebagai cara untuk memperoleh kemenangan pada pemilu. Kampanye-kampanye mulai banyak dilakukan melalui media sosial atau internet.

Lalu, seberapa jauh tingkat partisipasi anak muda ini dalam bidang politik?

Anak muda sering dianggap tidak peduli dengan persoalan politik, dianggap tidak berminat pada proses dan persoalan politik, serta memiliki tingkat kepercayaan yang rendah terhadap para politisi, dan sinis terhadap berbagai lembaga politik dan pemerintah. Anggapan ini dikarenakan data yang menunjukkan anak muda yang bergabung di partai politik masih sedikit. Mereka juga cenderung memilih golput.

Namun, anggapan itu ternyata keliru. Justru anak mudalah yang paling peduli terhadap berbagai isu politik saat ini. Mereka pun menginginkan pandangan mereka didengarkan.

Bentuk partisipasi politik anak muda saat ini cenderung menunjukkan perubahan dibanding pendahulunya. Jika dulu bentuk partisipasi politik lebih bersifat konvensional dan butuh waktu lama, misalnya dengan aksi turun ke jalan melakukan demonstrasi atau boikot seperti yang dilakukan oleh mahasiswa trisakti pada jamannya, tindakan politik anak muda sekarang lebih bersifat individual dan spontan.

Tindakan politik ini dipandang sebagai sesuatu yang baru karena dilakukan melalui internet dan media sosial. Oleh karenanya dibutuhkan peran anak muda yang cakap media, tanggap, kreatif, dan advokatif.

Seperti yang dilakukan oleh Daylon Sitanggang, Politisi PDI Perjuangan Caleg DPRD Kota Medan daerah pemilihan V, diumurnya yang masih muda, ia mampu untuk memberikan suatu terobosan baru kepada masyarakat.

Baginya tidak ada penghalang apapun untuk terus mengabdi kepada masyarakat kurang mampu karena hal besar takkan terjadi kalau tidak dimulai dari hal kecil. Seperti yang telah ia lakukan beberapa waktu lalu saat mengunjungi sebuah kampung di daerah Medan Tuntungan, berbagi cerita dengan masyarakat yang belum terjangkau oleh perhatian pemerintah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline