Matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang mempunyai peran penting di dalam kehidupan manusia terutama dalam hal perkembangan tekonologi modern dan pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, mata pelajaran matematika harus diajarkan sejak sedini mungkin mulai dari pendidikan tingkat dasar hingga pendidikan tingkat tinggi. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006, salah satu tujuan dari pembelajaran matematika adalah agar siswa memiliki kemampuan pemahaman konsep (Sari, Masykur, & Yunian Putra, 2018).
Dalam hal ini, kemampuan pemahaman konsep sangat penting dikuasai oleh peserta didik karena matematika memuat konsep-konsep abstrak yang saling berkaitan antara satu sama lain dan tersusun secara hierarki (Murnaka & Manalu, 2018). Selain itu, kemampuan pemahaman konsep merupakan hal yang paling utama pada pembelajaran matematika karena sebagai prasyarat untuk menguasai materi selanjutnya.
Sehingga jika siswa paham akan suatu konsep pada materi yang sedang dipelajarinya, maka siswa akan mampu mengingat materi matematika tersebut yang telah dipelajarinya dalam jangka waktu yang panjang dan tidak akan mengalami kesulitan untuk menguasai materi selanjutnya. Dan apabila siswa tidak mempunyai kemampuan pemahaman konsep yang baik, maka siswa tidak akan mampu menyelesaikan suatu permasalahan sesuai dengan prosedurnya dengan baik.
Namun, pada faktanya di lapangan kebanyakan para siswa masih mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran matematika di kelas. Hal itu dikarenakan siswa cenderung lebih suka hanya menghafalkan rumusnya saja tanpa ada kemauan untuk memahami konsep dari rumus tersebut.
Karena dalam kegiatan pembelajaran dikelas siswa hanya akan diarahkan kepada cara untuk menggunakan rumus, menghafalkan rumus, mengerjakan soal tanpa didorong bagaimana cara menganalisis dan kemudian menerapkannya di dalam kehidupan sehari hari. Sehingga terkesan membuat siswa menjadi lebih pasif dan monoton dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas.
Pada saat siswa diberikan materi yang masih ada kaitannya dengan materi yang telah dipelajari sebelumnya siswa pun juga akan mudah lupa dengan materi tersebut. Selain itu daya kreativitas siswa pun berkurang karena siswa kurang terlatih dalam mengembangkan kemampuannya untuk memecahkan masalah serta mengaplikasikan konsep-konsep yang telah dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan rendahnya kemampuan pemahaman konsep adalah diperlukannya suatu inovasi dalam pembelajaran matematika dikelas. Adapun inovasi yang dapat digunakan pada saat kegiatan pemblejaran matematika adalah berupa alat peraga yang diberi nama alat peraga KEPITIK ALJABAR.
Adapun kepanjangan KEPITIK ALJABAR adalah keping stik aljabar karena alat peraga ini tersusun dari keping stik es krim. Alat peraga ini akan digunakan untuk menyampaikan materi aljabar khususnya mengenai operasi penjumlahan dan pengurangan aljabar. Dengan menggunakan alat peraga KEPITIK ALJABAR ini diharapkan dapat terciptanya suasana kegiatan pembelajaran yang tidak membosankan dan tidak terkesan monoton. Sehingga siswa bisa berpartisipasi menjadi lebih aktif dan dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep serta dapat membuat kegiatan pembelajaran matematika di kelas menjadi lebih menyenangkan.
Untuk mengetahui apakah dengan menggunakan alat peraga KEPITIK ALJABAR ini dapat berpengaruh terhadap kemampuan pemahaman konsep siswa, maka perlu dilakukan adanya implementasi kepada siswa. Adapun penulis telah melakukan implementasi kepada siswa kelas VII SMP dengan jumlah sebanyak 6 siswa dengan memberikan soal tes kemampuan pemahaman konsep siswa untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep siswa pada materi operasi penjumlahan dan pengurangan aljabar.
Setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan alat peraga KEPITIK ALJABAR serta penulis pun juga memberikan angket untuk mengetahui respon siswa terhadap alat peraga KEPITIK ALJABAR. Hasil dari implementasi tersebut menunjukkan bahwa siswa mampu menjawab soal tes kemampuan pemahaman konsep dengan materi operasi penjumlahan dan pengurangan aljabar dengan baik.
Hal ini ditunjukkan bahwa jawaban yang diberikan oleh siswa sudah mencerminkan dan memenuhi indikator-indikator dari kemampuan pemahaman konsep matematis. Begitupun juga dengan angket tentang alat peraga KEPITIK ALJABAR secara umum siswa memberikan respon yang positif terhadap alat peraga KEPITIK ALJABAR. Hal itu ditunjukkan dengan data sebagai berikut :
- Sebanyak 6 siswa dengan persentase sebesar 100% merasa senang apabila pada saat mempelajari materi operasi penjumlahan dan pengurangan menggunakan berbantuan alat peraga matematika yaitu KEPITIK ALJABAR.
- Sebanyak 6 siswa dengan persentase sebesar 100% merasa lebih mudah mengerti dalam memahami materi operasi penjumlahan dan pengurangan aljabar menggunakan alat peraga KEPITIK ALJABAR.
- Sebanyak 5 siswa dengan persentase 83,3% merasa lebih efektif apabila pada saat mengikuti kegiatan pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga KEPITIK ALJABAR.
- Sebanyak 5 siswa dengan persentase sebesar 83,3% tidak menyetujui bahwa dengan menggunakan alat peraga KEPITIK ALJABAR pada saat pembelajaran matematika membuat siswa menjadi merasa malas.
- Sebanyak 6 siswa dengan persentase sebesar 100% merasa termotivasi untuk belajar matematika pada materi operasi penjumlahan dan pengurangan aljabar apabila pada saat kegiatan pembelajaran matematika menggunakan alat peraga KEPITIK ALJABAR.