Ketika kami masih berdomisili di Makassar, saya pernah menanam pohon markisa. Bibitnya berasal dari biji markisa Malino yang kulitnya berwarna ungu.
Malino adalah tempat wisata pegunungan di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, dengan jarak tempuh 2,5 jam dengan mobil dari kota Makassar. Ketinggiannya 1200 Mdpl.
Biji-biji markisa itu berhasil tumbuh subur, sayangnya sampai setahun saya menanti tapi buahnya tak kunjung muncul. Jangankan berbuah, berbunga saja juga belum.
Karena sudah sekian lama, saya kira tidak bakalan berbuah mungkin karena berasal dari dataran tinggi, jadi akhirnya pohon markisa itu saya buang.
Selang puluhan tahun kemudian, waktu itu kami sudah berdomisili di Jakarta, saya kembali menanam pohon markisa yang kulitnya berwarna ungu. Bibit itu berasal dari hutan di daerah Puncak. Bijinya sebagian saya bawa ke Jakarta dan sebagian saya minta ditanam di pondokan kami di Puncak Bogor.
Yang saya tanam di Jakarta tidak ada yang hidup. Yang di Puncak tumbuh subur dan sempat berbuah.
Wow, saya senang sekali.
Sayangnya pohonnya tidak bertahan lama karena akarnya dimakan rayap.
Sedangkan bijinya belum sempat disimpan.
Kemudian untuk mengobati kekecewaan saya, bapak tukang kebun menanam lagi pohon markisa, tapi yang warna kulitnya kuning. Yang ungu tidak pernah lagi sukses pembibitannya. Berkali-kali saya minta dari Makassar, tidak ada yang berhasil.