Lihat ke Halaman Asli

Irene Maria Nisiho

TERVERIFIKASI

Ibu rumah tangga

Dodoro' Cina, Nama Jadul Si Kue Keranjang

Diperbarui: 14 Februari 2018   22:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto: IniKabarKu.com

Yang hendak saya kisahkan ini adalah salah satu ritual yang selalu terjadi dari tahun ke tahun di masa jadul di rumah kami, di kota Makassar.

Kami adalah keluarga keturunan Tionghoa, di mana kehidupan keseharian kami banyak dipenuhi oleh adat istiadat yang khas keluarga Peranakan Tionghoa Makassar yang dulu lazim disebut Baba-Baba dan Nona-Nona Mangkasara'.

Sebagai anak jadul, saya merasa sangat beruntung menjalani kehidupan kami yang penuh warna, setiap bulan pasti ada saja peristiwa yang akan diperingati di rumah.

Kenangan akan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa kecil, sayang untuk dilupakan begitu saja. Sedikitnya hal-hal ini telah menyumbang pembentukan karakter kami, anak-anak, tanpa kami sendiri sadari.

Sebetulnya saya sama sekali tidak berpikir untuk mengangkat kisah ini. Namun, ketika teman saya, Kak Wen yang baik hati, mengirimi kue keranjang, saya merasakan suatu kerinduan akan masa lalu. Betapa ramainya rumah kami di seputar kegiatan menjelang Tahun Baru Imlek.

Saya jadi teringat akan kedua orang tua saya. Anak-anak memanggil Baba' untuk ayah dan Amma' untuk ibu kami. Saya pikir tidak ada salahnya kenangan ini saya tulis untuk kenangan sebelum saya pikun (semoga jangan sampai, ya!)

Supaya fokus, kisah ini saya batasi hanya seputar dodoro' Cina. Ya, itu sebutan dalam bahasa Makassar untuk kue keranjang. Dodoro' adalah bahasa Makassar yang berarti dodol. Mengapa ditambah embel-embel Cina? Ya, karena memang hanya orang Cina/Tionghoa yang membuatnya dan lagipula di Makassar kita mengenal juga ada yang disebut dodoro' Mangkasara'. Mangkasara' berarti Makassar. Hal ini akan saya ceritakan di lain kesempatan, ya.

Dodoro' Cina hanya dibuat setahun sekali, pada bulan terakhir penanggalan Imlek untuk menyongsong datangnya Tahun Baru Imlek. Dulu kami tidak mengenal istilah Kue Keranjang. Sampai sekarang pun di Makassar tidak memakai istilah itu.

Tapi kalau saya pikir istilah Kue Keranjang cukup relevan, karena dodoro' ini dibuat memakai wadah keranjang yang dianyam dari rautan bambu. Untuk mengukus dodoro' dibutuhkan kayu bakar yang banyak. Nah karena itu, menjelang bulan pembuatan dodoro', pedagang kayu bakar biasanya sudah pada datang menawarkan dagangannya.

Baba' biasanya akan membeli kayubangko,walau harganya lebih tinggi dari kayu-kayu yang lain, karena menurut Amma' hasil pembakaran kayubangko yang paling bagus.

Kayu-kayu itu akan ditumpuk di kampong kosong di sebelah rumah kami. Kampongkosong ini, adalah tanah kaveling yang dibiarkan kosong, untuk menjadi tempat kami bermain. Ya, a' karenabaguli (bermain kelereng), badminton dan apa saja, termasuk tempat untuk saya berlatih memanjat pohon.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline