Lihat ke Halaman Asli

Irene Maria Nisiho

TERVERIFIKASI

Ibu rumah tangga

Lansia Bermain Angklung dalam Konser Malam Natal

Diperbarui: 31 Maret 2018   07:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi

Setiap kali berulang tahun, kita selalu didoakan agar panjang umur. Mungkin kita sendiri juga berharap demikian. Karena itu, bertambahnya usia alias menjadi tua seharusnya tidak membuat kita keder. Namun tetap saja kita tidak suka dikatakan tua, jadi biar keren kita memakai istilah Lansia. Sebagian lagi senang dengan sebutan Wulan, Warga Usia Lanjut.

Apakah menjadi lansia itu menyenangkan? Seharusnya iya, namun tidak semua lansia merasa demikian karena berbagai hal. Menjadi bahagia di usia lanjut, tentu tidak serta merta kita dapatkan. Perlu persiapan dan latihan. Sebagai lansia, kita kadang tidak tahu mau ngapain, merasa capek, malas dan banyak lagi alasan yang lain.

Untuk mengusir bosan sebaiknya para lansia beraktivitas. Banyak yang bisa kita lakukan, mungkin kita mengunjungi orang sakit, ikut kelompok persekutuan doa, pengajian, pecinta tanaman, olahraga lansia, dan melakukan hobi masing-masing. Tentu masih banyak kegiatan positif yang lain,

Berpose bersama sebelum memulai Konser Malam Natal 24 Desember 2016 (dok. pribadi}

Beberapa bulan yang lalu atas prakarsa beberapa orang lansia dari Gereja Santa, Kebayoran Baru, Jakarta, lahirlah kelompok angklung khusus bagi lansia. Kelompok ini diberi nama Gaudete, berasal dari bahasa Latin yang artinya bersukacitalah.

Kami berpegang pada semboyan Semper Gaudete in Domine, Senantiasa Bersukacitalah Dalam Tuhan. Kelompok angklung Gaudete terbuka bagi umat Gereja Santa yang berusia 60 tahun ke atas tanpa batas, selama yang bersangkutan masih sanggup berlatih.

Siap-siap memasuki gereja (dok. pribadi)

Bersiap memasuki gereja, masing-masing membawa angklungnya (dok pribadi)

Demikian kami para lansia berlatih seminggu sekali. Pelatihnya juga lansia.

Waktu latihan banyak hal-hal lucu yang terjadi. Kadang ada yang tidak bisa membaca teks lagu yang digantung di depan, jadi terpaksa pindah berdiri ke depan. Ada yang lupa cara memegang angklung. Ada yang kedua tangannya menggoyang angklungnya. Ada yang sudah mulai agak tuli. Ya begitulah, kami saling menertawakan diri kami.

Suasana ini, bukannya menyurutkan semangat, tapi ini malah sangat memacu “semangat juang” para lansia.

Sayangnya, tidak semua anggota konsisten datang setiap hari latihan. Alasannya macam-macam. Ada yang karena sakit, sedang repot dengan cucu, lupa, dan ada yang sengaja bolos karena sedang malas. Maklum pesertanya kan nenek-nenek dan kakek-kakek.

Tidak ada sanksi buat yang membolos, supaya tidak membebani para anggota.

Untuk yang belum tahu, Angklung itu adalah alat musik dari Jawa Barat, yang terbuat dari bambu. Masing-masing pemain memegang satu not. Karena banyak peminat, jadi tiap not dimainkan oleh lima pemain. Seandainya semua pemain hadir, tentu bunyi yang dihasilkan akan berimbang. Namun sayang, seperti yang sudah saya katakan tadi, formasi tidak selalu lengkap.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline