Menyambut Hari Pohon Sedunia yang diperingati setiap tanggal 21 November, saya ingin berbagi pengalaman mengenai keasyikan dan manfaat berkebun, semoga Anda tertarik menyimaknya.
[caption id="attachment_375941" align="aligncenter" width="300" caption="Asyiknya nangkaku berbuah (foto pribadi)"][/caption]
Mengapa setiap akhir pekan atau pada hari raya, jalanan menuju Puncak atau Bandung selalu macet? Pasti karena orang-orang merasa sumpek dan gerah dengan udara Jakarta yang sudah sangat tidak nyaman. Mereka rela bermacet-macet demi liburan satu-dua hari, untuk menikmati panorama yang asri dan udara yang segar.
Mengapa kita tidak berusaha untuk membuat Jakarta atau kota-kota besar lainnya menjadi hijau, sehingga otomatis akan ikut menyumbangkan udara segar dan bersih?
Sangat banyak keasyikan yang akan kita rasakan, bahkan sejak awal pada saat kita baru memutuskan untuk mulai berkebun.
Kok bisa begitu? Iya, sebab pada waktu kita baru membangun niat, saat itu juga kita langsung membayangkan, seperti apa ya kelak tanaman yang akan kita tanam, maka timbullah harapan.
Nah, harapan inilah yang membuat kita bergairah dan bersemangat.
Harapan adalah salah satu sumber hidup, tanpa harapan seperti sia-sialah hidup kita, ini menurut saya lho. Sejalan dengan pertumbuhan tanaman, semakin bertambah pula harapan kita, membayangkan kira-kira seperti apakah kelak bunga atau buahnya?
Mata kita terasa sejuk memandang panorama yang hijau. Tanpa kita sadari, di saat kita bekerja di kebun, kita menghirup oksigen yang lebih banyak, kita menggerakkan badan berjalan kesana kemari, maka bertambah lagi credit point nya.
Daun-daun tanaman membersihkan udara dengan menyedot CO2 alias zat asam arang, ketika sedang berassimilasi dengan bantuan sinar matahari.
Ketika tanaman mulai berbunga dan berbuah; bila itu tanaman buah, maka lengkaplah kebahagiaan kita.
[caption id="attachment_375951" align="aligncenter" width="300" caption="Pohon kecil juga bisa berbuah ranum (foto pribadi)"]
[/caption]
Dengan kesibukan berkebun keinginan untuk pergi keluar rumah menjadi berkurang, dengan demikian kita bisa menghemat pemakaian BBM dan mengurangi polusi udara.
Pohon yang langsung kita tanam di tanah, akarnya akan menyimpan air, sehingga kekeringan dan banjir bisa diminimalkan; juga bisa berbuah lebih banyak.
Daun-daunan pohon yang rimbun, bisa menjadi tempat berteduh dan tempat bersarang bagi satwa-satwa.
Bunga-bunga selain mempercantik taman, warna-warni dan aromanya juga mengundang kupu-kupu dan serangga datang mengisap madu. Tidak jarang terjadi penyerbukan silang, dari biji-biji hasil silangan serangga, terkadang saya mendapatkan tanaman Euphorbia dan Adenium yang baru; walau jenisnya baru,sayang tidak boleh diberi nama baru, karena tidak diketahui berasal dari silangan tanaman induk yang mana.
[caption id="attachment_375946" align="aligncenter" width="300" caption="Adenium dan Euphorbia yang cantik (foto pribadi)"]
[/caption]
Saya mempunyai pohon rambutan Binjai yang sangat enak buahnya, namun saya tidak pernah memanen sekaligus buahnya, karena saya sangat menikmati memandang pohon yang sedang berbuah. Selain itu untuk berbagi juga dengan burung-burung dan satwa-satwa liar di sekitar rumah.
Banyak kan, kesenangan dan keuntungan yang kita peroleh berkat berkebun?!
Masih ada lho manfaat yang lain, lewat tanaman kita bisa menambah sahabat, caranya berbagi bibit-bibit tanaman yang kita buat sendiri, yang menerima pasti senang sekali. Kegiatan ini bisa berlanjut menjadi ajang untuk barter tanaman, sehingga kita pun dapat berhemat biaya untuk pembelian tanaman baru.
Asyik kan?! Selain itu, kita pun membantu menghijaukan kota kita.
Ya, kita bisa memanfaatkan gelas bekas minuman kemasan atau wadah bekas apa saja, untuk menanam bibit. Bibitnya tinggal ambil dari kebun sendiri, daripada dipangkas lalu dibuang, kita bisa mengcangkok cabang yang mau dibuang, atau kadang bisa dengan cara disetek saja.
[caption id="attachment_375949" align="aligncenter" width="300" caption="Berkebun tidak perlu pot mahal (foto pribadi)"]
[/caption]
Kadang-kadang saya memungut buah tomat dan cabai atau apa saja, yang dibuang pedagang sayur di pasar, yang bisa saya manfaatkan menjadi bibit.
Pokoknya lahan sekecil apa pun, bisa kita jadikan Taman Firdaus buat semua makhluk, bukan hanya untuk kita manusia. Dengan menanam pohon sebanyak-banyaknya, sebagai upaya merawat alam pemberian Sang Khalik Yang Maha Kasih dan Maha Rahim, maka kita pun akan merasakan kebahagiaan yang tak terhingga.
Jangan ragu memulai dengan langkah kecil, namun jika kita melakukan bersama-sama, yakinlah hasilnya pasti luar biasa! Ayo, Anda mau kan ikutan menanam pohon?!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H