Lihat ke Halaman Asli

Pentingnya Penanaman Nilai Toleransi pada Anak Usia Dini

Diperbarui: 6 November 2021   09:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Toleransi merupakan salah satu alat penggerak kemajuan bangsa. Sikap toleransi dalam keberagaman adalah kunci dari persatuan suatu bangsa. Menurut UNESCO, toleransi merujuk pada sikap terbuka dan menghormati perbedaan yang ada di antara manusia. Konsep toleransi digunakan untuk menghargai perbedaan ras, agama, gender, disabilitas dan perbedaan-perbedaan yang lain. Isu toleransi di Indonesia menjadi topik yang menarik perhatian publik. Indonesia sebagai negara multikultural, masih dekat dengan isu-isu intoleransi di dalam bermasyarakat. Intoleransi memunculkan perpecahan dan menghancurkan kesatuan negara kita Indonesia yang lekat dengan istilah Bhineka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu.

Intoleransi tidak bisa dibiarkan berlarut-larut terjadi kepada bangsa ini, maka dari itu penting untuk menanamkan nilai toleransi pada anak usia dini. Anak-anak ini akan menjadi sosok-sosok penerus bangsa dan bagaimana masa depan bangsa ini jika para penerus bangsa tidak mengenal toleransi dalam bermasyarakat? Lingkungan yang intoleran secara tidak sadar membentuk perilaku dan pandangan anak-anak. Jika anak tidak pernah ditanamkan untuk membedakan, mencela, atau mengutuk orang lain yang berbeda, kemungkinan anak-anak bisa belajar untuk menerima orang yang berbeda dari mereka. Sebaliknya, anak-anak yang terpapar pada prasangka buruk dengan orang yang berbeda, dan tidak diajar untuk menerima orang lain, anak berisiko tumbuh tanpa nilai toleransi dalam dirinya.

Lima tahun pertama kehidupan atau yang dikenal sebagai periode golden age merupakan masa-masa krusial bagi anak untuk menerima sikap dan informasi yang ada di sekitarnya. Pada periode ini, terjadi pembentukan pada otak yang akan menjadi cikal bakal anak ke depan. Mengingat pentingnya peridoe golden age, jika ada kesalahan pengajaran pada usia tersebut, akan menjadi sebuah masalah besar untuk memperbaikinya ketika anak sudah tumbuh dewasa. Anne Stonehouse, seorang konsultan anak usia dini mengatakan bahwa dari pengalaman dan riset pada anak-anak, menunjukkan bahwa anak telah menyadari perbedaan pada orang lain sejak usia dini. Maka dari itu, penting untuk menanamkan nilai-nilai toleransi dalam bermasyarakat sedini mungkin. Jika di umur-umur ini anak tidak terbiasa terpapar oleh sikap toleransi, tidak heran jika di masa yang akan mendatang mereka menjadi orang-orang yang intoleran. Berikut cara-cara yang bisa dilakukan orangtua untuk menanamkan nilai toleransi pada anak usia dini.  

Memberikan contoh yang baik

Seorang anak adalah refleksi dari diri orangtuanya. Anak-anak usia dini adalah peniru yang baik, oleh karena itu sebagai orangtua kita perlu memperhatikan sikap dan ucapan kita di depan anak-anak. Jika kita menghargai dan menghormati setiap dalam lingkungan interaksi kita, anak akan meniru sikap itu. Sikap toleransi orangtua memberikan dampak yang sangat kuat pada sikap anak. Ketika orangtua bersikap toleran dan menghargai orang lain yang berbeda, anak akan berpikir bahwa ia juga perlu memperlakukan orang seperti apa yang orangtuanya lakukan. Ketika anak melihat orang lain bersikap intoleran/membuat lelucon berbau SARA, orangtua harus segera menanggapi kejadian tersebut. Orangtua harus memberitahu kepada anak bahwa perbuatan tersebut merupakan sikap intoleran yang akan menyakiti hati orang lain dan meminta anak untuk jangan meniru pelikau tersebut.

Memperkenalkan beragam budaya

Untuk benar-benar memahami arti toleransi, anak-anak harus berhadapan dengan keberagaman dalam kesehariannya. Orangtua disarankan untuk memasukan anak ke dalam sekolah yang memiliki siswa dari beragam latar belakang, suku, ras, dan agama. Orangtua juga bisa mengenalkan keberagaman budaya dengan memberikan opsi untuk media edukasi dan bermain yang anak miliki. Contohnya seperti video/film, buku, mainan/games, serta genre musik yang beragam dan menunjukkan keberagaman. Hal-hal ini dilakukan untuk memperkuat ingatan dan memperkaya perbendaharaan perspektif anak akan makna toleransi.

Membentuk kemampuan mengelola emosi yang baik

Menanamkan sikap toleransi kepada anak bisa dimulai dengan mengajari anak-anak keterampilan untuk mengelola emosi seperti, menumbuhkan rasa empati, mengendalikan diri sendiri dan pemahaman akan orang lain. Kemampuan mengelola emosi dan pengendalian diri yang rendah juga bisa menjadi cikal dari sikap intoleransi. Ketika anak tidak bisa mengelola emosi dengan baik, sebagai manusia mereka akan cenderung melampiaskan perasaan terluka dan kecewa dengan cara menghakimi atau menyalahkan orang lain. Hal-hal seperti ini akan memunculkan kebencian dan sikap tidak toleran.

Anak adalah generasi penerus bangsa, penanaman nilai menghargai dan toleransi harus ditanamkan sedini mungkin. Orang-orang yang intoleran di masa ini pernah menjadi anak-anak. Di masa kanak-kanak, mungkin kurang penanaman nilai-nilai toleransi yang menyebabkan mereka bersikap intoleran di masa dewasa. maka dari itu penting menanamkan nilai toleransi sedini mungkin agar menjadi generasi penerus bangsa menjadi sosok-sosok yang memegang teguh nilai toleransi dalam kehidupan bermasyarakat. Orangtua harus memahami pentingnya toleransi dan penanaman nilai toleransi kepada anak. Hal ini penting supaya orangtua bisa memberikan contoh yang baik, juga menggiring anak-anaknya pada arah yang tepat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline