Lihat ke Halaman Asli

Laki-laki Itu Bernama Adjie

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

 

Laki-laki itu bernama Adjie. Pertama kali ku mengenalnya, di Airport Husein Sastranegara,Bandung, di sebuah kedai soto di hari pertamaku bekerja di sana. ‘Gerejanya dimana?’ tanyanya. Mungkin karena dia melihat kalung salib yang menggantung di leherku. Rasanya berbunga-bunga sekali,disapa laki2 bermata indah di tempat yang masih serba baru bagiku.

Dari situ awal perkenalanku dengannya, dan sejak itu mulailah kami melewati hari-hari bersama berdua. Banyak suka dan duka yang kita hadapi. Mulai dari penyesuaian karakater sampai dengan restu dari orang tua yang rasanya harus kita lewati dan perjuangkan.  Tidak ada yang mudah,tapi bersama dengannya, membuatku kuat menghadapinya.

Tak semuanya berjalan mulus. Ada saja kerikil yang menghadangnya. Dari pertengkaran-pertengkaran kecil sampai pertengkaran-pertengkaran besar,yang rasanya membuat kami berdua merasa mungkin kami tidak dapat bersatu. Tetapi entah apa namanya,mungkin kekuatan cinta  yang menyatukan kami. ( hehehehe,puitis gak sih, gak pa pa deh,buat cerpen ini ;))

Sampailah kami pada permulaan hidup berdua, yang resmi di mata Tuhan. Hari perkawinan kami. Seharusnya hari itu menjadi yang paling bahagia buat kami berdua, tetapi ada cobaan yang membuat hari itu menjadi tidak lengkap. Ibuku terbaring di rumah sakit! Terserang stroke pada malamnya,saat keluarga besarku sedang mengadakan makan malam bersama. Mungkin beliau terlalu lelah dan tegang mempersiapkan aku,putri pertamanya,memasuki hidup berkeluarga. Tetapi acara tetap berlangsung dengan baik,karena semua persiapan sudah terjadi dan semua saudara sudah berkumpul. Semua berjalan dengan lancer.  Aku resmi menjadi seorang istri. Bahagia sudah pasti…

Hari-hari sesudah perkawinan pun,rasanya tidak mudah. Karena aku harus pindah ke Jakarta,  satu minggu setelah kami menikah. Walaupun sedih,tapi kami mancoba melaluinya dengan bersyukur. Sehingga kami dapat melewatinya dengan lebih ringan dan gembira. Ada saat2 dimana aku membutuhkannya, tapi dia tidak ada di dekatku. Seperti saat di tengah malam, kandunganku yang berusia 6 bulan,mengalami pendarahan hebat,aku seorang diri di kamar kos2anku. Beruntunglah aku,bayak teman2 kos yang menolongku,mereka mebawaku ke rumah sakit. Saat dia datang dari Bandung,d an menemuiku di rumah sakit, tampak rasa lelah dan bersalah di matanya. Saat itu aku tau, walaupun jarang sekali ada kata2 romantis dari mulutnya, bahwa dia amat menyayangi aku dan bayi kami.

Hari ini adalah tahun ke 12 usia pernikahan kami dan 16 tahun dari sejak awal kami bertemu,  tapi rasa sayang itu tidak pernah berkurang, tatapan dan sentuhan yang aku dapat,masih sama seperti ketika pertama kali kami bertemu, malah terasa semakin dalam,karena kami lebih dapat memahami satu sama lain. Saat ini, ijinkan aku berkata, terimakasih karena sudah datang dan melengkapi hidupku. Walaupun masih jauh dari sempurna, aku tahu bahwa hanya maut yang dapat memisahkan kami.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline