Lihat ke Halaman Asli

Review: Meteor Garden 2018 (Spoiler Alert)

Diperbarui: 27 Agustus 2018   22:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: tinhte.vn

Pada November 2017 lalu, saya kaget ketika Angie Chai, produser Meteor Garden 2001 mengumumkan bahwa ia akan membuat kembali kisah fenomenal ini ke layar kaca. Saat itu, saya masih ingat betul ketika Angie memperkenalkan semua cast utama yakni para pemeran F4 dan Shan Cai dalam sebuah konferensi pers.

            Seperti para netizen lain, awalnya saya merasa kurang sreg dengan para pemainnya. Jika dibandingkan dengan para pemeran F4 dalam 3 adaptasi resmi terdahulu, mereka sangatlah jauh berbeda. F4 yang sekarang mengambil image pretty boys dan mereka sangatlah muda. Yap, mereka berusia sama seperti saya yakni antara 19 tahun sampai 24 tahun.

            Namun itu tidak menyurutkan minat saya untuk tetap menonton serial fenomenal ini. Kenapa? Karena saya adalah penggemar berat seri Hana Yori Dango. Saya sudah menonton semua versi official dari manga karya Yoko Kamio ini. Dan tentunya, Hana Yori Dango adalah sebuah manga yang sangat terkenal. Sejak diadaptasi ke dalam Meteor Garden 2001, banyak adegan di dalamnya menginspirasi berbagai adegan romantis dalam drama-drama yang kita saksikan sekarang.

Salah satu adegan romantis nih! Sumber: Hanadan Wikia

            Yup, setelah menunggu sampai 9 Juli 2018 lalu, saya akhirnya bisa menonton langsung episode pertama Liu Xing Hua Yuan alias Meteor Garden 2018. Hari pertama saya nonton, saya harus rela nggak pake subtitle. Untunglah saya mudeng dikit-dikit karena saya pernah belajar bahasa Mandarin dan tentunya karena saya udah tahu jalan ceritanya. Kesan pertama adalah: Kok beda ya? Yap, nggak ada adegan bullying yang sangat disturbing itu dalam versi kali ini. Dan menurut saya, alur ceritanya terlalu kesusu alias terlalu cepat. Tahu-tahu Shan Cai sudah menendang Dao Ming Si di akhir episode 1.

            Eits tunggu dulu. Baca review saya sampai selesai. Meskipun saya cukup kaget, tapi saya toh tetep nonton. Secara yang main cukup ganteng-ganteng meskipun masih muda, saya tetap melanjutkan sampai detik ini. Seiring dengan berjalannya episode, saya mulai menikmati jalan ceritanya. Pelan tapi pasti (cieelah), semua plot mulai kembali seperti semula. Saya menemukan diri saya bisa menikmati setiap momen penting dalam drama asal Tiongkok ini.

            Mulai deh, sebagai perempuan saya langsung baper sama adegan-adegan romantis khas Hanadan dalam drama ini. Sebut saja saat Dao Ming Si nunggu berjam-jam di bawah hujan terus demam di dalam elevator sampai saat mereka berdua liburan bareng. Duh duh... emang ada cowok kaya gini? (Eh..salah fokus)

            Lalu di tengah-tengah cerita, eh saya kebingungan sendiri dong. Kenapa? Soalnya plot Meteor Garden 2018 ini beda sama plotnya Hana Yori Dango versi Jepang tahun 2005 yang selalu saya jadikan patokan. Saya pun akhirnya browsing komiknya dan membaca dari volume 1 sampai 37 (terniat banget atuh...). Dan..tara!! Kejutan!!! Ternyata plotnya justru pas banget sama yang versi 2018 ini!

Pilih Dao Ming Si apa Hua Ze Lei? Sumber: Hanadan Wikia

            Saya terus nonton setiap minggunya meskipun kudu menunggu lamanya subtitle di Kiss Asian dan On Drama Nice. Seiring dengan berjalannya waktu, saya benar-benar menikmati setiap nostalgia yang saya rasakan dulu di Boys Before Flowers versi Korea Selatan, MG 2001 dan Hanadan 2005 versi Jepang. Apalagi MG 2018 ini dibalut dengan sinematografi yang apik dan memuaskan.

            Selama nonton, saya mengalami berbagai perasaan yang campur aduk. Pertama, saya suka banget sama aktingnya Dylan Wang alias Wang He Di sebagai Dao Ming Si. Menurut saya, dia pas banget meranin DMS yang arogan dan childish. Kelihatan banget perubahan karakter DMS yang awalnya arogan banget semakin ke sini dia berubah beneran karena Shan Cai. Tapi sayang banget, akting Dylan nggak diimbangi sama Shen Yue, pemeran Dong Shan Cai. Menurut saya, Shen Yue agak datar di awal-awal MG 2018. Tapi semakin ke sini, dia berubah dan bahkan bisa bikin penonton nangis deres. Keren dah!

Sumber: hanadan.wiki

            Saya juga kurang nyaman sama dubbingnya dan karakter F4 yang sekarang. Jadi ceritanya, F4 bukan hanya kaya tapi juga pintar dan menantang anak-anak kampus lain untuk adu main bridge, permainan kartu. Jika mereka menang, mereka boleh menghukum anak-anak itu.

            Nah, awalnya saya kurang setuju. Tapi ternyata semua itu ada alasannya loh. Dubbing digunakan di versi MG 2018 ini karena ada pemerannya berasal dari berbagai daerah di Tiongkok dan mereka berbicara dalam dialek yang berbeda. Dubbing digunakan supaya semua penonton berbahasa Mandarin di seluruh dunia bisa ikut menikmati MG 2018. Ingat, beda dialek bisa beda arti loh kalau dalam bahasa Mandarin. Kedua, soal permainan kartu, ternyata memang ini digunakan supaya para siswa tetap bisa melawan F4 dengan cara mereka sendiri. Jadi F4 memang dibuat nggak superior dan hanya menunjukkan kekuasaan dan kekayaan belaka. Mereka punya talenta! Tujuan dari plot yang satu ini sebenarnya juga untuk menghindari sensor di Tiongkok. Yap, di Tiongkok, ada sensor keras untuk bullying dan adegan yang menunjukkan kekuasaan serta perbedaan mencolok antara kaya dan miskin.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline