Lihat ke Halaman Asli

Review: Fantastic Beasts and Where to Find Them

Diperbarui: 7 Desember 2016   23:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: https://cdn.europosters.eu

Anda pecinta film pasti tidak akan asing ketika mendengar judul film ini. Ya, film besutan David Yates ini baru saja dirilis pada tanggal 18 November 2016 lalu. Fantastic Beasts kembali menghadirkan dunia sihir karya JK. Rowling, meskipun jalinan kisahnya berpusat pada tokoh baru yakni Newt Scamander.

Dikisahkan Newt yang merupakan alumni Hogwarts dari asrama Hufflepuff, pergi ke New York dengan membawa koper butut berisi hewan-hewan fantastis miliknya. Di kota besar itulah, hewan-hewan miliknya kabur. Dengan bantuan Porpentina Goldstein, seorang Auror dari MACUSA (Magical Congress of The United States of America),No-Maj Jacob Kowalski dan adik Tina, Queenie, Newt mencari dan mengumpulkan kembali Niffler, Erupment dan Occamy yang kabur dari kopernya. Di tengah pencarian, keempatnya harus berurusan dengan Obscurus, kekuatan gelap dari seorang penyihir muda yang kemampuan sihirnya ditekan. Newt dan teman-temannya harus membuktikan bahwa diri mereka tidak bersalah sekaligus menyelamatkan sang penyihir muda dari Obscurus.

Seperti judulnya, film ini berhasil menghadirkan dunia sihir yang begitu fantastis ke layar lebar. Hewan-hewan aneh nan magis diciptakan dengan begitu detail dan sempurna, persis seperti yang dideskripsikan di dalam bukunya. Belum lagi bumbu-bumbu humor yang diselipkan Rowling ketika Newt berusaha mengembalikan hewan-hewan ke dalam kopernya, mampu membuat penonton tertawa dan geli. Di sisi lain, Eddie Redmayne mampu menghidupkan karakter Newt yang serius, pendiam, gentle dan lugu dalam setiap adegan. Sementara Dan Fogler, pemeran Jacob, mampu mengocok perut penonton dari awal hingga akhir film. Siapa yang tidak akan tertawa melihat ekspresi wajah Jacob saat Newt masuk ke koper?

Jangan lupa juga akan kisah Porpentina dan Newt yang akan menjadi awal dari kisah cinta mereka. Porpentina yang tidak berpikir panjang, melaporkan Newt ke MACUSA sehingga keduanya diinterogasi dan hampir saja dieksekusi mati. Meskipun Newt menunjukkan ekspresi marah karena kopernya disita MACUSA, ia sama sekali tidak menyalahkan Tina dan justru menyelamatkannya. Di akhir film, keduanya mengucapkan selamat tinggal dengan gugup, canggung namun manis.

Di satu sisi, harus diakui bahwa jalinan kisah Fantastic Beasts memang cukup rumit. Nama dan istilah lama yang muncul dari Harry Potter dapat membuat Anda yang tidak mengikuti kisah tersebut cukup kebingungan. Plot yang melompat-lompat dan menjebak, memaksa penonton untuk ikut berpikir keras dan menebak siapa inang Obscurus sesungguhnya. Belum lagi easter egg yang ditampilkan Rowling membuka ingatan penonton akan Deathly Hallows yang sempat menjadi unsur penting dalam kisah Harry Potter. Namun akhir kisah dari film pertama franchise Fantastic Beasts ini benar-benar persis seperti gaya Rowling ketika ia mengakhiri Harry Potter: unpredictable!

Terlepas dari pendapat dan kesan yang ditinggalkan, saya mengatakan bahwa Fantastic Beasts tetap menjadi film yang layak ditonton dan ditunggu seperti franchise pendahulunya. Akhir kata, selamat menunggu seri kedua Fantastic Beasts!

Nox

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline