Lektor atau pembaca sabda di gereja Katolik, adalah salah satu petugas liturgi penting dalam perayaan Ekaristi. Berdiri di depan mimbar, para lektor membacakan sabda-sabda dari Kitab Suci bagi seluruh umat. Tapi apa saja sebenarnya yang sering dialami para lektor di balik tugas pelayanannya? Cek di bawah sini ya! Selamat membaca.
1. Salah baca? Sudah biasa
Pernah dengar lektor salah baca waktu Ekaristi? Nah, tahu nggak gimana perasaan kami waktu itu? Campur aduk banget. Antara malu, panik, deg-degan, dan pengen cepet-cepet turun ke Sakristi untuk menghilang sejenak dari dunia (lebay). Tapi kami berusaha untuk stay cool di atas mimbar dan mengembalikan kepercayaan diri kami dengan menghela napas. Lama-kelamaan, kami pun terbiasa dan nggak panik apabila kelemahan kami ini tiba-tiba muncul di tengah-tengah bacaan yang sedang kami baca. Asal jangan keterusan ya salahnya. Hehehe....
2. Blank di atas mimbar
Hampir mirip seperti kelemahan kami di atas, lektor pun ada kalanya ngeblank di atas mimbar. Lho kok bisa? Panik atau karena kurangnya persiapan, serta rasa gugup karena kami ditatap ratusan pasang mata (plus kamera kadang-kadang), membuat kami terkadang kehilangan fokus di atas mimbar. Terus gimana? Kami harus terus membaca dan bahkan kadang diem sejenak, mencari kata-kata yang hilang gara-gara blank tadi, supaya perayaan Ekaristi kembali berjalan.
3. Eh....keserimpet jubah di altar!
Sama sih penyebabnya. Panik atau kurang persiapan (dan jubahnya kepanjangen gara-gara salah pilih ukuran), akhirnya ada beberapa diantara kami yang mengalami hal ini. Bayangkan coba! Ketika seluruh umat (dan Romo dan misdinar) sedang fokus sama kami yang mau naik ke mimbar atau altar, dan kami keserimpet jubah. Hmm...tentunya pengalaman yang nggak terlupakan namun lucu untuk diingat.
4. Jadi deket sama Romo
Iya dong... Namanya lektor dan petugas liturgi lain pasti deket sama Romo-Romo di paroki. Serunya, kami bisa bercanda dan mendapatkan pengarahan dan bimbingan langsung dari Romo. Kami juga bisa curhat sama Romo layaknya curhat dengan teman sebaya.
5. Punya adik-adik baru
Ya, jadi lektor artinya kami punya keluarga baru. Nggak hanya dari kalangan lektor aja, kami juga dapat adik-adik baru yakni para misdinar. Mereka yang masih kecil-kecil dan imut-imut, ikut menambah keceriaan waktu latihan dan perayaan Ekaristi di gereja. Nggak jarang, kami juga ikut bercanda dengan mereka.