Lihat ke Halaman Asli

Kebebasan Penjualan dan Pembelian Antibiotik: Langkah yang Tepat atau Ancaman Kesehatan?

Diperbarui: 8 Juni 2024   06:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

       Siapa dari kita yang tidak mengetahui mengenai obat antibiotik? Tentu saja semua orang sudah mengetahui obat ini serta fungsinya. Antibiotik adalah obat yang sangat penting dalam pengobatan berbagai infeksi bakteri, obat ini cukup sering digunakan sebagai obat yang dapat mengobati infeksi dari bakteri yang masuk kedalam tubuh kita. Namun, penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat menyebabkan resistensi terhadap antibiotik, di mana bakteri menjadi kebal terhadap efek obat tersebut. Salah satu faktor utama yang berkontribusi pada masalah ini adalah kebebasan perjual-belian antibiotik tanpa resep dokter di beberapa apotek. Artikel ini akan membahas apakah kebebasan perjual-belian antibiotik di apotek apakah merupakan langkah yang baik ataukah sebaliknya?

       Dalam beberapa tahun terakhir, perdebatan mengenai kebebasan penjualan dan pembelian antibiotik tanpa resep semakin mengemuka. Sebagian pihak berpendapat bahwa memudahkan akses terhadap antibiotik dapat mempercepat pengobatan dan mengurangi beban biaya kesehatan. Namun, manfaat ini perlu dipertimbangkan dengan risiko yang mungkin ditimbulkan. Mari kita telaah apakah kebijakan ini merupakan langkah yang tepat atau justru ancaman bagi kesehatan masyarakat.

       Sebelum masuk lebih dalam mari kita ketahui dulu apa penyebab dari kekebalan atau resistensi antibiotik. Kekebalan antibiotik, atau lebih dikenal sebagai resistensi antibiotik, terjadi ketika bakteri berubah atau telah bermutasi sedemikian rupa sehingga antibiotik yang sebelumnya efektif dalam membunuh mereka atau menghambat pertumbuhannya menjadi tidak lagi efektif. Proses ini bisa terjadi melalui beberapa mekanisme, baik secara alami maupun dipicu oleh tindakan manusia. Berikut ini adalah beberapa penyebab bagaimana resistensi antibiotik bisa terjadi:

  1. Mutasi Genetik (Alami)

Bakteri bereproduksi dengan sangat cepat, mutasi acak dapat terjadi dalam DNA bakteri. Sebagian besar mutasi ini ada yang tidak berguna atau bahkan berbahaya bagi bakteri, namun beberapa bisa memberikan keuntungan, seperti kemampuan untuk bertahan hidup di hadapan antibiotik. Ketika antibiotik digunakan, bakteri yang memiliki mutasi yang memberikan resistensi akan bertahan hidup dan berkembang biak.

  1. Transfer Gen Horizontal (Alami)

Bakteri dapat memperoleh gen resistensi dari bakteri lain melalui proses yang dikenal sebagai transfer gen horizontal. Terdapat beberapa mekanisme untuk Transfer Gen Horizontal ini, yaitu:

  • Transformasi: Bakteri mengambil DNA bebas dari lingkungan mereka.
  • Transduksi: Bakteriofag (virus yang menginfeksi bakteri) memindahkan DNA dari satu bakteri ke bakteri lain.
  • Konjugasi: Dua bakteri saling berhubungan melalui struktur yang disebut pilus dan mentransfer DNA, sering kali dalam bentuk plasmid yang mengandung gen resistensi.
  1. Adaptasi Bakteri (Alami)

    Bakteri dapat mengembangkan berbagai mekanisme untuk melawan efek antibiotik, antara lain:

    • Inaktivasi Enzimatik: Beberapa bakteri menghasilkan enzim yang dapat menonaktifkan antibiotik.
    • Perubahan Target Molekul: Bakteri dapat mengubah molekul target yang menjadi sasaran antibiotik, sehingga antibiotik tidak lagi efektif.

    • Pengurangan Permeabilitas: Bakteri bisa mengurangi permeabilitas membran sel mereka sehingga antibiotik tidak dapat masuk.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline