Lihat ke Halaman Asli

Mati Rasa

Diperbarui: 24 Juni 2015   18:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hilang rasa.
Tiada kepekaan.
Kemana perginya ekspresi?
Dimana letak emosi yang dulu membakar gairah?
Separuh diriku hilang, namun ku baik-baik saja.
Ada apa denganku?

Tiada lagi serpihan dirimu dalam hatiku.
Tak tersisa.
Semua terlahap angin yang pergi bersama dirimu.
Jauh... Jauh terbang dan takkan pernah kembali.

Bahagia dalam kalbu.
Menemukan setitik cahaya didalam hampa.
Ditemani hijaunya dedaunan dan warna warni bunga.
Sungguh tenang hati ini tanpamu.

Dimana perasaanku?
Aku tak dapat merasakan apa-apa.
Aku tak dapat menemukannya.
Sudah mati hasratku.
Dimana aku dapat menemukannya?
Ataukah ada yg sudah menyimpannya?

Ku terdiam dalam bingar.
Ku berteriak dalam pekat.
Enyahlah kamu!
Penatku tak pernah mampir dalam duniamu.

Tak perlu ku menangis lagi didepanmu.
Layaknya seorang binatang tak berperasaan yang memohon kesediaanmu untuk memberikan makanan.

Kau sempat mnjadi segalanya bagiku.
Namun, sekarang kau layaknya ilalang yg mnghancurkan padi.
Mngapa tak kau biarkan aku tersenyum menyapa dunia?

Cukup...!
Sudah cukup kau menipuku.
Bermain dibelakangku.
Sudah cukup kokoh hati ini.
Besi baja pun kalah dgn kerasnya hati ini.

Sejuta memori terindah tentang dirimu, tak mampu membuatku menangis dan tersenyum.
Aku hanya mampu bercerita, tak ada ekspresi, tak ada emosi.

Pelukanmu bagaikan es batu salju yang membunuhku.
Ciuman pipimu bagaikan bisa ular yang menakutkanku.
Kata-katamu bagaikan pisau yang menusukku.

Ku jadikan kau hanya satu-satunya seorang pria dihatiku.
Kau jadikanku kedua dan ketiga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline