Lihat ke Halaman Asli

Irene Jeconia Mannuela

Undergraduate Public Health Student at Universitas Airlangga

Diskriminasi terhadap ODHIV dalam Pemulasaraan Jenazah: Prespektif HAM

Diperbarui: 8 Januari 2025   23:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

A. Pendahuluan

Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak mendasar yang melekat pada setiap individu, termasuk Orang dengan HIV/AIDS (ODHIV). Namun, diskriminasi terhadap ODHIV masih marak terjadi di Indonesia, termasuk dalam pemulasaraan jenazah. Kasus di Surabaya, di mana jenazah seorang perempuan ODHIV ditolak oleh masyarakat setempat, mencerminkan kuatnya stigma sosial. Diskriminasi ini bertentangan dengan prinsip HAM yang mengutamakan penghormatan dan keadilan tanpa prasangka. Artikel ini mengulas pendekatan berbasis HAM untuk menangani diskriminasi tersebut.

B. Metode

Studi ini didasarkan pada analisis kasus diskriminasi terhadap ODHIV, tinjauan pustaka terkait HAM dalam kesehatan, serta wawancara dengan relawan dan organisasi terkait. Informasi diperoleh dari laporan pemerintah, penelitian akademik, dan kebijakan yang relevan.

C. Hasil

Kasus di Surabaya menunjukkan lemahnya implementasi prinsip keadilan (justice) dan kemanfaatan (beneficence) dalam pelayanan kesehatan. Meskipun pemerintah telah memberikan pelatihan kepada petugas pemulasaraan jenazah, stigma sosial tetap menjadi penghalang utama. Hal ini diperparah oleh kurangnya edukasi masyarakat tentang HIV/AIDS dan mekanisme penularannya yang sebenarnya tidak terjadi melalui jenazah. Upaya pemerintah dan LSM untuk mengatasi stigma ini melibatkan program sosialisasi dan pelatihan, namun hasilnya masih terbatas.

D. Diskusi

Stigma terhadap ODHIV berasal dari ketakutan yang tidak berdasar dan keyakinan keliru terkait penularan HIV. Tingkat pendidikan yang rendah, akses informasi terbatas, serta pengaruh norma budaya memperkuat diskriminasi ini. Selain itu, diskriminasi tidak hanya terjadi semasa hidup ODHIV, tetapi juga setelah meninggal. Misalnya, perlakuan jenazah dengan prosedur berlebihan, seperti pembungkusan plastik, sering kali menciptakan kesan bahwa ODHIV sangat berbahaya. Pandangan agama, yang seharusnya mendorong perlakuan hormat terhadap jenazah, sering diabaikan karena ketakutan yang tidak rasional.

Kendati ada kemajuan dalam kebijakan pemerintah untuk memerangi stigma, tantangan tetap ada dalam implementasi. Misalnya, pelatihan bagi petugas kesehatan tidak selalu diterapkan secara konsisten di semua wilayah. Keterlibatan masyarakat secara aktif juga masih kurang, sehingga solusi yang ada bersifat parsial.

E. Rekomendasi

Untuk mengatasi diskriminasi terhadap ODHIV dalam pemulasaraan jenazah, diperlukan langkah-langkah berikut:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline