Motivasi yang diberikan oleh pendidik memiliki peran penting dalam perkembangan emosional dan mental anak didik. Mulai dari zaman manusia memiliki anak, orang tua berperan sebagai pendidik dan melalui insting yang dimiliki memotivasi atau mendidik anaknya menjadi individu yang sesuai dengan harapan dan norma yang berlaku dimasyarakat.
Orang yang lebih tua memberikan pendidikan ada yang berdasarkan insting, berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki bahkan ada yang dilakukan berdasarkan kegiatan try and error.
Umumnya pendidik memotivasi anak didiknya dengan tujuan baik namun miris ternyata tanpa disadari, akibat keterbatasan pengetahuan ada pendidik yang menggunakan cara-cara yang salah dalam memotivasi anda karena telah memberikan dampak negatif seperti merusak cara berpikir bahkan membuat trauma dan membentuk perilaku yang tidak bisa dibanggakan.
Mari kita awali dengan memikirkan dan mempertimbangkan kembali motivasi yang telah diberikan oleh pendidik anda (orang tua, guru dan atau orang yang memberikan didikan kepada anda). Apakah cara memotivasi yang salah berikut pernah terjadi pada anda dan apakah ada dampak buruk yang ditimbulkannya:
1. Memberikan hadiah berlebihan untuk setiap pencapaian
- Cara bisa salah: Pendidik memberikan hadiah atau pujian berlebihan setiap kali anak mereka mencapai sesuatu, bahkan untuk hal-hal yang seharusnya tidak membutuhkan hadiah. Misalnya, memberi hadiah besar hanya karena anak didik menyelesaikan tugas sekolah atau makan dengan baik yang telah dilakukan hampir setiap hari.
- Dampak negatif: Anak didik bisa kehilangan makna dan berpuas diri atau bahkan menjadi terbiasa mengejar hadiah materi daripada berfokus pada proses atau usaha. Hal ini dapat mengurangi motivasi intrinsik anak dan membuat mereka kurang termotivasi untuk melakukan hal-hal positif tanpa imbalan langsung. Anak didik akan lebih fokus pada "apa yang saya dapatkan?" daripada "apa yang saya pelajari atau capai?"
- Penyesuaian: Berikan hadiah untuk pencapaian yang bersifat baru (hadiah bisa berupa pujian ataupun benda) dan tanyakan pemahamannya tentang hadiah yang diterimanya serta tanyakan selanjutnya apa dan bagaimana anak didik akan bertindak.
2. Menggunakan hukuman fisik atau ancaman
- Cara bisa salah: Ancaman atau hukuman sebagai cara untuk memotivasi anak agar melakukan tugas tertentu. Misalnya, orang tua mungkin mengatakan, "Jika kamu tidak belajar, kamu tidak akan bisa bermain game," atau "Jika kamu mendapatkan nilai buruk, kamu tidak akan boleh keluar rumah."
- Dampak negatif: Hukuman atau ancaman dapat membuat anak didik melakukan tugas atau aktivitas bukan karena mereka ingin melakukannya, tetapi karena takut. Menanamkan rasa takut dapat menimbulkan trauma, membuat anak didik mudah cemas dan dapat menciptakan hubungan yang penuh ketegangan antara pendidik dengan anak didik.