Lihat ke Halaman Asli

Langkah yang Hilang

Diperbarui: 20 November 2024   13:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Irma duduk di sudut ruang tamu yang sunyi dan gelap, tv menyala tanpa suara, ia menatap kosong keluar jendela. Hujan turun perlahan, suara tetesan air menambah kesunyian yang semakin mendalam. Sudah berbulan-bulan sejak ia merasa kehilangan. Kehilangan suaminya, Andi, yang meninggal dalam kecelakaan lalu lintas. Kehilangan masa depan yang selama ini ia bayangkan bersama. Kini, hidup Irma seperti berjalan tanpa arah.

Meskipun teman-temannya mencoba menghiburnya, Irma merasa hampa. Segala sesuatu yang dulu berarti baginya, kini terasa kosong. Ia tidak lagi menemukan kegembiraan dalam hidupnya saat bekerja, saat berkumpul dengan teman-temannya, bahkan saat sedang merawat dirinya sendiri. Setiap pagi, ia bangun dengan perasaan yang sama---tak ada alasan yang cukup kuat untuk melangkah maju.

"Untuk apa semua ini?" pikir Irma saat memandangi foto-foto keluarga yang tersusun rapi di meja. "Apa gunanya hidup kalau Andi tidak ada di sini lagi?"

Hari demi hari, perasaan itu semakin mendalam. Suatu malam, setelah kembali dari pekerjaan yang terasa semakin membosankan, Irma duduk di atas ranjangnya. Ia mengingat Andi---senyum, tawa, dan semua kenangan indah yang mereka bagi. "Kenapa aku masih di sini?" gumamnya, hampir tak percaya. Rasa kehilangan itu begitu dalam, begitu kuat, hingga ia merasa dirinya tak memiliki tujuan lagi.

Namun, malam itu, ada WA datang dari sahabat lama Irma, yaitu Rina. Chat yang menggugah rasa dan seolah memecah kesunyian Irma saat itu.  Rina mengundangnya untuk bergabung dalam sebuah acara amal yang sedang mereka adakan di panti asuhan.

Chat Rina:

"Irma ikut acara amal di panti asuhan Pintar Bahagia yuk hari Sabtu ini jam 10 pagi".

"Ayo, Ir. Mungkin ini bisa membantu, kita bisa memberi sedikit kebahagiaan bagi orang lain. Kamu nggak sendirian, kamu selalu punya kami."

Chat Irma:

(Irma sempat merasa ragu. Ia merasa tidak ada yang bisa memberinya kebahagiaan. Namun, entah mengapa, hatinya sedikit tergerak. Ia memutuskan untuk pergi, meskipun rencananya hanya untuk sesaat.)

"Ok, Sampai ketemu disana sesuai jadwalnya"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline