Perkembangan fisik yang sehat pada remaja sering kali diasumsikan sebagai remaja yang sehat secara jasmani dan rohani. Padahal, sehat tidak seolah-oleh berbicara mengenai fisik saja, tetapi sehat juga tentang kesehatan mental.
Sayangnya, kesehatan mental dianggap hal yang cukup tabu jika dibicarakan dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan sosial. World Health Organization (WHO) menyebutkan, anak muda atau generasi milenial lebih rentan terkena gangguan mental.
Pada tahap remaja merupakan waktu pencarian jati diri, perubahan, dan penyesuaian terjadi dalam kehidupan baik secara psikologis dan emosional.
Dikutip dari Kompasiana penyesuaian diri merupakan hal yang selalu dilakukan oleh individu khususnya pada remaja. Scneisders (dalam Ali dan Asori,2006) pengertian penyesuaian diri yaitu suatu proses yang mencakup respons mental dan tingkah laku di mana individu berusaha menanggulangi kebutuhan dalam diri, tekanan, frustasi, dan konflik.
Selain itu, perubahan hidup di Era 4.0 saat ini teknologi semakin maju suka tak suka setiap individu harus menyesuaikan diri terhadap teknologi.
Melukis Identitas Jati Diri
Pada masa remaja kita dituntut oleh usia dan lingkungan untuk menemukan jati diri dan dituntut mampu melewati masa-masa perubahan dan penyesuaian diri dengan baik. Seakan-akan jika menerima bantuan orang lain untuk menemukan jati diri dianggap tidak dapat berdiri tegak bagi diri sendiri.
Buruknya, perilaku orang dewasa sebagai salah satu akibat dari kegagalan menjalani masa remaja mulai dari pengharapan suatu hal orang dewasa kepada remaja, perilaku memaksakan kehendak kepada remaja, mengatakan sesuatu hal dengan perkataan yang buruk, membedakan dengan orang lain, dan lain sebagainya.
Kegagalan remaja saat penyesuaian diri yang menyebabkan gangguan kesehatan mental remaja dapat dipicu karena keluarga (misal, perceraian orang tua, hubungan yang tidak baik dengan orang tua, sikap buruk orang tua kepada remaja atau anggota keluarga, dan kekerasan dalam rumah tangga), hubungan dengan teman sebaya (lawan jenis dan pertemanan), mendapat rundung oleh teman, pelajaran di sekolah, prestasi yang dipatokan oleh orang tua, dan faktor lain.
“Aku broken home mama sama ayah aku cerai dari aku Sekolah Dasar (SD) aku tinggal sama mama. Terus aku punya adik dua dari papa tiri aku. Orang banyak yang bully aku katanya aku cewe kurang bener, karna suka pulang malam lah gitulah pokoknya."
Awalnya sedih dibilang kaya gitu lama-lama yaudah aku dicap kaya gitu mendingan dibuktiin sekalian kalo aku emang kaya gitu. Kadangkan kita terbentuk karna omongan orang bukan karna diri kita.