Lihat ke Halaman Asli

Peranan Analisis Eksistensial Terhadap Praktik Psikologi

Diperbarui: 17 Juni 2015   22:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Saya mengutip dari buku “ Analisis Eksistensial” yang ditulis oleh Dr. Zainal Abididn M, Si. Penerbit Rajawali Pers.

apa peranan analisis eksistensial terhadap praktik psikologi ?

Analisis eksistensial adalah suatu metoda atau pendekatan yang digunakan untuk mengungkap eksistensi individu secara utuh dan menyeluruh. Definisi tersebut dikemukakan oleh psikiater kelahiran swiss, bernama Ludwing Binswanger (1881-1966). Menurut Binswanger (dalam may, 1961), analisis eksistensial merupakan kajian psikologis untuk mengungkap eksistensi manusia pada taraf empiris. Hasil dari kajian ini sangat bermanfaat bukan hanya untuk memahami gejala eksistensi manusia secara mendalam (fungsi teoretis), tetapi juga untuk praktik terapiutis yang dilakuakan oleh psikiater dan psikolog klinis terhadap pasien-pasien yang mengalami gangguan patologis (fungsi aplikatif).

Banyak psikolog dan sarjana psikologi baik dalam maupun luar negeri mempertanyakan keberadaan analisis eksistensial. Yang mereka pertanyakan menyangkut dasar-dasar ilmiah dari analisis eksistensial. Psikologi sebagai ilmu telah lama diupayakan untuk melepaskan diri dan berada jauh dari filsafat. Psikologi harus merupakan suatu science (ilmu pasti alami) yang independent. Padahal, analisis eksistensial mengeritik ilmu (science) dan mengambil manfaat dari filsafat (fenomenologi dan eksistensialisme). Atas dasar itu, banyak sarjana psikologi yang bertanya, apakah analisis eksistensial relevan dengan perkembangan ilmu psikologi modern?

Jawaban atas pertanyaan itu tergantung pada pemahaman kita tentang manusia. Siapakah atau apakah manusia itu? Apakah manusia pada dasarnya hanya merupakan bagian dari organisme dan atau dari materi (aspek fisik kehidupan)? Jika kita memahami manusia sebgaimana para behavioris atau psikoanalis memahaminya, yakni bahwa manusia pada dasarnya merupakan bagian dari organisme atau materi, maka analisis eksistensial tampaknya tidak diperlukan. Cukup dengan pendekatan kuantitatif dan medis, dengan eksperimen dan pembedahan otak musia, maka kita sudah cukup mampu memahami dan menyembuhkan individu (manusia) yang bermasalah (patologis). Namun, dalam praktek atau kenyataan, kita menyaksikan bahwa manusia ternyata jauh lebih kompleks dari sekedar organisme dan materi. (Zainal A., 2002)

Sumber

bidin, Zanial, 2002. Analisis Eksistensial untuk psikologi dan psikiatri, Bandung: PT Refika Aditama.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline