Lihat ke Halaman Asli

“Mereka itu Emang Nggak Punya Otak, Karena di Otak Mereka itu Hanya Narkoba”

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pada tanggal 21 Maret 2012 kemarin, saya membuat sebuah tulisan yang berjudul “Nak, Ibu Menyusulmu…”. Tulisan ini menceritakan kisah nyata seorang ibu muda yang meninggal dalam perjuangan melahirkan anak pertamanya. Nama ibu muda tersebut adalah almarhum Pipit, seorang teman saya.

Keluarga yang ditinggalkan masih diselimuti duka, tanah kuburan almarhum Pipit dan anaknya masih memerah dan belum kering dengan sempurna, tanda bahwa keluarga yang ditinggalkan masih merasa kehilangan yang teramat sangat.

Namun, duka lara yang masih melekat di keluarga almarhum Pipit tidak membuat orang lain merasa iba, dan justru semakin membuat mereka semakin bersedih. Apa pasal? Kemarin siang menjelang sore, rumah almarhum Pipit mengalami kecurian. Tiga buah HP dan uang sebesar Rp 120.000 telah raib diambil oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Astagfirullah hal’adzim… sungguh tega orang yang mengambil harta benda keluarga yang masih dirundung duka tersebut. Saya pribadi, merasa sangat marah dan jengkel dengan kejadian ini. Saya murka dengan si pencuri tersebut, meski sampai sekarang oknum pencuri itu belum juga diketahui.

Kejadian ini menjadi perbincangan warga, dan salah seorang teman dekat yang mengetahui berita ini mengatakan kepada saya bahwa warga mencurigai tiga orang remaja yang akhir-akhir ini sering hilir mudik di depan rumah almarhum Pipit.

Kejadian itu bermula ketika warga sering melihat sosok tiga remaja yang berdomosili di lingkungan ini juga sering hilir mudik dan nongkrong di pinggir jalan, entah apa yang mereka lakukan. Siang menjelang sore, rumah almarhum Pipit tampak lenggang, hanya ada satu anggota keluarga yang menjaga rumah, itupun dalam keadaan tertidur pulas. Gerbang dikunci dari dalam, tetapi pintu depan rumah terbuka lebar. Kemungkinan besar, si pencuri memanjat pagar, masuk ke dalam rumah, mengambil HP dan uang yang ada di ruang tamu.

Kecurigaan warga mengacu kepada ketiga remaja tersebut yang selidik punya selidik ternyata adalah pecandu narkoba jenis shabu-shabu atau bahasa awamnya biasa disebut dengan “pemakai”. Kejadian kecurian ini bukan sekali dua kali dialami oleh warga, sudah banyak yang menjadi korbannya, barang yang dicuri juga beragam, mulai dari uang tunai, HP, sepeda motor, besi dan bahan-bahan bangunan, hingga barang dagangan rumah tangga raib digasak pencuri.

Ternyata oh ternyata, salah seorang dari ketiga remaja tersebut pernah tertangkap tangan mencuri HP milik almarhum Pipit! Namun, karena almarhum tidak mau memperpanjang masalah, maka mereka menyelesaikan masalah tersebut secara kekeluargaan, remaja itu pun mengembalikan HP almarhum Pipit yang telah dicurinya.

Barang-barang curian tersebut dijual dan uangnya digunakan untuk membeli narkoba, shabu-shabu. “Namanya juga maling kepepet. Mereka itu emang nggak punya otak, karena di otak mereka itu hanya narkoba”, komentar teman saya tadi. Dia kembali bercerita kalau dia mengetahui siapa saja ketiga remaja yang dicurigai tersebut, setelah saya desak, dia akhirnya memberitahukan nama mereka. Saya mengetahui dan kenal dua orang dari ketiga remaja yang dicurigai, karena saya sendiri sering melihat mereka berdua sering nongkrong di simpang jalan di depan rumah saya.

Narkoba memang telah menghancurkan generasi muda bangsa ini. Bahkan, logika mereka telah tandus dan tidak dapat berpikir dengan normal lagi. Meskipun mereka melihat kalau teman-teman se-“profesi”-nya telah meninggal karena over dosis, namun hal itu tidak menyurutkan langkah mereka untuk berhenti dari jerat narkoba yang mematikan. “Maju terus, pantang mundur” kalimat semangat tersebut telah disalah artikan oleh para pecandu ini…..

Mengapa generasi muda sekarang hancur lebih cepat ketimbang generasi muda beberapa dekade sebelumnya? Mulai dari pornografi, MBA, narkoba, anarkis, dan tindakan merusak atau merugikan lainnya. Masih banyak generasi muda yang sukses dengan berbagai prestasinya, namun seolah tertutup dengan kerusakan moral para generasi lainnya, mungkin karena jumlah generasi muda yang “rusak” lebih banyak daripada generasi muda yang masih “bagus”. Entahlah…. Saya kembali miris melihat generasi muda sekarang yang seperti tidak berguna.

Kembali ke kejadian pencurian di rumah almarhum Pipit, semoga kita semua dapat mengambil pelajaran dari insiden ini. Memang benar, yang namanya pencuri itu tidak pernah melihat siapa korbannya, apa yang mereka lihat hanyalah kesempatan untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Sejak kemarin, kami semua sudah mulai waspada dan meningkatkan kehati-hatian di sekitar rumah. Meskipun di rumah, pintu harus selalu tertutup rapat dan terkunci, langsung menyimpan sepeda motor di dalam rumah, simpan HP dan barang-barang berharga lainnya di tempat yang aman, bila sedang melakukan pengisian energi untuk barang-barang elektronik seperti HP dan laptop hendaknya ditunggui, dan sikap kewaspadaan lainnya.

Bila seseorang sudah kecanduan atau memang memiliki niat untuk berbuat jahat, maka, kesempatan sekecil apa pun adalah pintu kebahagiaan bagi mereka. Jadi, tetaplah waspada dengan orang-orang yang ada di sekitar Anda.

270312


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline