Lihat ke Halaman Asli

Ira AyuAnanda

Mahasiswa Kesehatan

Mengungkap Halo Effect

Diperbarui: 25 Agustus 2024   20:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Halo effect adalah fenomena psikologis dimana persepsi positif terhadap satu aspek individu atau objek mempengaruhi penilaian kita terhadap keseluruhan karakteristik lainnya. 

Efek ini pertama kali dikenalkan oleh Edward Thorndike pada tahun 1920 dalam konteks penilaian militer, tetapi kemudian menjadi konsep yang sangat relevan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari pemasaran, rekrutmen, hingga interaksi sosial sehari-hari.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali menemui situasi dimana halo effect berperan penting. Misalnya, ketika seseorang terlihat rapi dan menarik, kita cenderung berasumsi bahwa orang tersebut juga memiliki sifat positif lainnya, seperti kecerdasan, kejujuran, dan kompetensi. 

Sebaliknya, orang dengan penampilan kurang menarik mungkin diabaikan atau dinilai kurang kompeten, meskipun kenyataannya tidak selalu demikian. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi visual dapat sangat mempengaruhi evaluasi kita terhadap orang lain, seringkali tanpa kita sadari.

Halo effect juga memiliki dampak yang signifikan dalam dunia bisnis dan pemasaran. Perusahaan sering kali memanfaatkan efek ini dengan menciptakan citra merek yang positif melalui iklan yang menampilkan tokoh terkenal atau simbol-simbol yang dianggap positif oleh masyarakat. 

Ketika konsumen melihat iklan yang menampilkan selebriti favorit mereka, mereka cenderung mengasosiasikan kualitas positif selebriti tersebut dengan produk yang diiklankan, bahkan jika mereka tidak memiliki pengalaman langsung dengan produk tersebut. Dalam konteks ini, halo effect membantu membentuk persepsi konsumen terhadap merek yang pada akhirnya dapat meningkatkan penjualan.

Dalam lingkungan kerja, halo effect juga dapat mempengaruhi proses rekrutmen dan evaluasi kinerja. Seorang kandidat yang memberikan kesan pertama yang baik, seperti penampilan profesional atau cara berbicara yang meyakinkan mungkin dinilai lebih baik dalam berbagai aspek lainnya, seperti kemampuan teknis atau kecocokan budaya perusahaan. Ini bisa menjadi tantangan karena penilaian subjektif ini dapat mengarah pada bias yang menguntungkan bagi beberapa individu sementara merugikan yang lain. 

Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk mengembangkan proses penilaian yang objektif dan berbasis bukti untuk mengurangi dampak halo effect dalam pengambilan keputusan.

Selain itu, halo effect juga memiliki implikasi dalam hubungan interpersonal. Dalam interaksi sosial, kita sering kali lebih memaafkan kesalahan atau kekurangan seseorang yang kita pandang secara positif. 

Sebaliknya, kita mungkin lebih kritis terhadap mereka yang kita anggap kurang menarik atau memiliki kekurangan di satu aspek tertentu. Ini bisa berdampak pada dinamika hubungan dimana beberapa individu menerima perlakuan yang lebih baik dibandingkan yang lain berdasarkan persepsi awal yang belum tentu akurat.

Namun, penting untuk disadari bahwa halo effect tidak selalu berdampak negatif. Dalam beberapa kasus, efek ini dapat meningkatkan kepercayaan diri seseorang, membantu mereka mencapai tujuan yang diinginkan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline