Manusia cenderung kembali pada sesuatu yang menyakitinya sehingga berpikir negatif untuk memunculkan rasa sakit itu. Ada perasaan yang memuaskan ketika kita berpikir negatif.
Sayangnya, perasaan itu hanya ilusi semata. Pada akhirnya perasaan itu hanya sekadar perasaan puas sesaat yang membuat kita kecanduan dan akhirnya melakukan hal yang sama untuk mendapatkannya.
Pikiran Negatif Kesukaan Otak Kita
Pernahkah kamu menjalani suatu hari dan hampir semuanya berjalan dengan baik sehingga perasaan dan pikiran terasa tenang, senang, dan positif. Namun kemudian, terjadi kejadian buruk dalam hari itu?
Setelahnya, semua kejadian baik yang terjadi di hari tersebut akan hilang dari ingatan kita karena kita mengingat terus satu kehadian buruk di hari itu. Hari itu pun seperti tidak berjalan dengan lancar.
Itu sebenarnya fenomena yang sering dialami oleh manusia. Mengapa? Penyebabnya tidak lain adalah karena hal-hal negatif lebih berdampak besar pada otak kita dibanding hal-hal positif.
Hal-hal yang memicu kesedihan, ketakutan, dan kemarahan lebih bisa menghubungkan pikiran saat ini dengan memori-memori masa lalu. Emosi negatif tiga kali lebih kuat dibanding emosi positif. Itu juga yang akhirnya membuat pikiran negatif lebih mudah untuk diingat.
Fenomena tersebut juga bisa disebut sebagai negativity bias, yaitu kecenderungan seseorang melihat suatu hal dari sisi negatifnya.
Baca juga: Orang Lain Bisa, Tetapi Saya Tidak Bisa
Pikiran negatif sendiri merupakan pandangan negatif tentang diri sendiri, orang lain, atau dunia yang ditandai dengan emosi tidak menyenangkan yang dirasakan seseorang.
Pikiran negatif bisa menjadi suatu tanda penyakit mental tertentu, tetapi tidak selalu. Orang dengan jiwa yang normal pun dapat memiliki pikiran negatif karena seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa emosi negatif lebih berpengaruh dibanding emosi positif.