Lihat ke Halaman Asli

Irawaty Silalahi

Cerita yang semoga menginspirasi mereka yang membaca.

Menulis sebagai Terapi

Diperbarui: 8 Desember 2020   23:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi. Lukisan anak yang belum selesai.

Menulis, buat sebagian orang adalah terapi diri. Sama halnya seperti saya. Dimulai dengan menulis buku harian ketika masih kanak-kanak. Seingat saya, masih kelas tiga SD,  ketika pertama kali punya buku harian dan mengisinya dengan berbagai tulisan remeh. Sampai akhirnya, menulis buku harian atau buku agenda menjadi ritual saya sejak itu. Sampai sekarang.

Menulis apa saja yang  saya inginkan. Mulai dari kegiatan, rencana besok, sampai perasaan, entah itu perasaan berbunga-bunga atau sumpah serapah saat  murka yang tak terlampiaskan (biasanya, setelah emosi mereda, kalau dibaca ulang, malu sendiri, bisa-bisanya saya sedemikian beringas).

Kemudian, dalam salah satu kelas program studi konseling yang saya ikuti, seorang dosen menantang kami untuk mewujudkan apa yang kami impikan, dan apa yang akan kami lakukan untuk mewujudkannya. Kami diajak berpikir konkrit, bukan angan-angan semata. Tapi berani berencana dan mengambil langkah untuk memulainya.

Saya katakan, impian saya adalah ingin menerbitkan buku. Terus, pertanyaan selanjutnya adalah: berapa buku yang akan kamu terbitkan dalam setahun? Nah, lho!

Sejak itu, saya mulai melatih diri untuk menulis dengan lebih baik. Mengikuti berbagai kelas pelatihan menulis dan menantang diri untuk dapat menulis satu hari satu cerita.  Seperti yang sedang saya lakukan, menulis setiap hari menanti pergantian tahun. Melatih konsistensi .

Kadang berhasil, kadang tidak juga. Kadang hanya menatap layar komputer sampai baterainya nyaris habis. Padahal,  saya punya catatan asbun  ide -- ide untuk menulis. Seperti di bawah ini:

Ide tulisan :

  • Covid-19
  • Isolasi diri
  • Work from home
  • Learning from home
  • Komen negatif
  • SFH  bukan libur
  • Tinggal di kost-kost-an
  • Single mom
  • Ikan cupang vs hamster
  • Etika milienial
  • Lansia
  • Panjang umur antara berkat dan kutuk
  • OMB vs OKB
  • Merelakan duit yang angus di airlines
  • Berdiam selama 14 hari
  • Virus yang bikin parno
  • Pelit di masa sulit
  • Anak rantau
  • Bujang lapuk
  • Bos kampret

Meskipun ada daftar ide tulisan, tidak semuanya saya pakai. Teringat salah satu saran dari salah satu pengajar pada pelatihan menulis yang saya ikuti. Beliau mengatakan, menulislah apa yang ingin kamu ceritakan. Bebas. Karena, banyak hal bisa jadi inspirasi menulis. 

Tentunya, dalam proses  belajar menulis,  saya pun belajar menerima saran untuk perbaikan tulisan saya. 

Sejatinya, bagi saya, menulis bukan sekedar mewujudkan mimpi, tapi juga terapi diri memulihkan kepenatan dalam pikiran. Seolah semua keruwetan dalam pikiran dapat diurai ketika saya menulis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline