Lihat ke Halaman Asli

Irawan Saputra

Baik baik saja

Tipu Demokrasi

Diperbarui: 25 Agustus 2018   21:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di lautan air mata ini, arus bergejolak  
Mengapa diantara bumi dan langit harus terpisah?  
Tiang-tiang nurani mulai goyah 
Sabda sang penguasa runtuh 
Kita tersisa di akhir sepenggal sajak terbuang 

Aku kembali dekap jiwaku 
Tak memegang hati atau suaramu 
Aku kembali menjadi debu 
Dalam titah mu yang bergerak ragu 
Tak biarkan malam yang menyingkap tabir 
Batinku tersesat dalam samudra hayal mu 
Oh aku sudi tenggelam
Hilang dan tak terkenang

Oh wajah menengadah
Menatap bulan sendu dengan dua mata berselimut darah
Dan yang tersingkirkan
Buta akal buta hati buta budi
itulah aku dan orang orangku, kita di negeri terjajah

Kalaupun terkadang di atas panggung langit gerak pesta mulai berjingkrak
Demokrasi katanya
Kita terbelalak manusia jadi dewa
Dengan panji dengan sukma dengan dasi warna basa basi
Satu hari rakyat jadi raja, duduk tenang di bawah kaki singgasana
Raja tanpa mahkota, raja yang dihianati
Rakyat jadi raja? Raja tanpa logika angka dan buta dalam tipu bahasa

Negeri ini negara demokrasi fatamorgana
Yang hidup dari pilar budaya politik subyek ala parokial
Rakyat jadi raja simbol keagungan kaum gila tahta
Aku raja, kamu raja, mereka raja, semua jadi raja di negeri kita
Berjuta juta raja, raja tanpa jumlah batas
Semua berkuasa semua gila tahta




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline