Lihat ke Halaman Asli

Eko Irawan

Pegiat Sejarah, Sastra, Budaya dan Literasi

Cek Tone Deaf (Seri Puisi Epigram #31)

Diperbarui: 28 Agustus 2024   21:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri Eko Irawan untuk Seri Puisi Epigram #31 foto diolah dengan lumii dan snapsheed

Puisi : Cek Tone Deaf
(Seri Puisi Epigram #31)
Ditulis oleh : eko irawan

Semau gue, tak butuh tak peduli. Sekedar suka saja tidak, apalagi mau peduli, mau menghargai. Semua diukur dari kebutuhan pribadi. Itulah Cek Tone Deaf Sejati.

Puisi ini khusus untukmu. Bilang langsung, dikira nantang duel dirimu. Memang tak merasa, seolah terbaik selalu. Peka itu nomor dua puluh tujuh dalam kamus mu.

Acuan keakuan, standar mati anti tawar. Prinsip pokok merasa benar. Saat butuh bersikap bak pacar. Saat tak butuh, cuek pasang pagar.

Menghadapi mu harus Sabar. Tapi rugi berteman orang tak bernalar. Semakin diakrabi semakin barbar. Mau benar merasa besar minta menang tapi menolak sejajar.

Cek tone Deaf, santai saja. Manusia bukan hanya dia. Menanam tak peduli, bisa panen apa. Hidup sekali terlalu mahal mikir teman palsu bak boneka.

De Huize Sustaination, 28 Agustus 2024
Ditulis untuk Seri Puisi Epigram 31

Catatan Kaki

Sebuah perenungan.....

Bersikap Tone Deaf memang tidak dirasa, Karana standar baik dan benar itu harus tunduk dari sudut pandang dia, sehingga jangan berharap ada kepekaan walaupun sedikit sekedar suka atau gambar jempol di medsos. Harus dia yang prioritas, minta dihargai, dilayani dan dipuja puji. Prinsipnya saat dia butuh diri kita, maka bisa jadi lengket bak pacar tak terpisahkan. Namun saat dia tidak butuh kita, jangan berharap dia mau peduli pada diri kita, sekalipun kita sudah jujur meminta tolong.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline