Lihat ke Halaman Asli

Eko Irawan

Pegiat Sejarah, Sastra, Budaya dan Literasi

Elegi Malam (Seri Puisi Epigram #30)

Diperbarui: 22 Juli 2024   19:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri Eko Irawan untuk Seri Puisi Epigram #30 foto diolah dengan Sketch Camera dan Lumii

Puisi : Elegi Malam
(Seri Puisi Epigram #30)
Ditulis oleh : eko irawan

Untuk apa sedih, juga untuk apa gembira. Apa gunanya merasa hina, jika tersanjung juga tiada guna. Pahit atau manis hanya rasa. Sungguh dihayati, atau biasa saja.

Apa perlunya basa basi. Basa basi kadang perlu. Saat to the point malah menyakiti. Bikin tersinggung atau bikin salah tingkah.

Apa harus jadi apa, untuk berharga. Saat  Sudi sapa, malah diri dianggap arca. Tak sapa di ghibah sombong. Tapi duluan sapa, malah didiamkan.

Elegi malam jadi cermin jiwa. Menalar peran, menilai diri. Bertanya siapa diri ini. Agar esok jadi pribadi punya prinsip, punya sikap.

Berperan dalam diam, tanpa omong kosong. Berguna tapi tanpa minta bintang jasa. Berbagi tanpa minta diakui. Biarkan keadilan semesta yang bicara.

Elegi malam, sedih yang tercipta sendiri. Karena jiwa masih punya perasaan. Yang sedih karena tak dianggap. Yang tersanjung saat dipuji.

Tapi apakah itu tujuan hidupmu?

De Huize Sustaination, 22 Juli 2024
Ditulis untuk Seri Puisi Epigram 30

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline