Lihat ke Halaman Asli

Eko Irawan

Pegiat Sejarah, Sastra, Budaya dan Literasi

Puisi yang Tak Dibaca (Seri Hari Hari Puisiku #112)

Diperbarui: 18 April 2024   12:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri Eko Irawan untuk Seri Hari Hari Puisiku #112 foto diolah dengan snapsheed dan Lumii

Puisi yang tak dibaca
(Seri Hari Hari Puisiku #112)
Ditulis oleh : eko irawan

Jangankan suka, tertarik saja tidak.
Apalagi Sudi membaca.
Rugi luangkan waktu sejenak.
Disangka sampah tak berguna.

Itu hak para pecinta.
Tak bisa dipaksa.
Silahkan lewati saja.
Puisi yang Tak dibaca.

Hanya penyair bodoh yang berhenti.
Lalu kecewa tak nulis lagi.
Jadi baik ada proses dijalani.
Tangguh harus jadi watak pencipta sejati.

Puisi itu dicipta, tak sekedar tulis saja.
Olah rasa kosakata bahasa.
Bergumul filosofi ruang sastra.
Intuisi jiwa menggali makna.

Berhenti kah engkau penyair sastra
Pencipta harus berhati baja.
Tak lekang oleh sindiran, tak pudar oleh celoteh cuaca.
Dihargai itu karena terus berkarya.

De Huize Sustaination, 18 April 2024
Ditulis untuk Seri Hari Hari Puisiku 112

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline