Puisi: Tadarus Langit
(Seri Sajak Langit #38)
Ditulis oleh: eko irawan
Bacalah langit, karena manusia itu kecil.
Sangat kecil bak debu.
Karena bumi hanya sebutir pasir.
Yang melayang di jagat galaksi.
Bacalah langit,
Karena yang kau tahu sedikit.
Sangat sedikit dan minim.
Bumi saja belum paham.
Apalagi ada apa dibalik bulan.
Langit akan diam,
Jika kau tak perdulikan.
Tapi langit akan bercerita,
Jika kau tafakur.
Berpikir dengan ilmu tentang semesta.
Letakan kesombongan makhluk,
Dengan tadarus langit.
Apa yang kau lihat itu masa lalu.
Cahaya dari tempat jauh.
Lukisan semesta,
yang diterima panca indra.
Apa yang tak kau lihat,
Bukan berarti itu tak ada.
Langit gelap, bukan langit hampa.
Bacalah langit agar kau tahu,
Hikmah ada disemua penjuru jagat.
Bahwa sombongnya manusia,
Ternyata bodoh,
dan ditertawakan semesta.
De Huize Sustaination, 5 April 2024
Ditulis untuk Seri Sajak Langit 38
Catatan Kaki
Salah satu syukur adalah sekali waktu cobalah melihat langit. Di bulan ramadhan malah terasa lebih dekat Allah. Apa yang ada, apa yang tidak ada, apa yang kita tahu dan apa yang tidak terlihat, semua ada ilmunya. Tanyalah pada yang ahli. Agar sebagai manusia itu tidak menjadi super sombong yang merendahkan manusia lain dengan pernyataan sok tahunya yang tak berdasar ilmu pengetahuan. Bumi saja bagai sebutir pasir di galaksi, apalagi manusia sombong yang tidak kenal syukur, pasti ditertawakan semesta karena melihat kebodohan. Tadarus langit upaya belajar realitas bahwa bumi dan segala isinya ternyata hanya sebuah titik super kecil di jagat semesta raya. Lalu apa yang kau dustakan, dengan bangga dan kesombongan mu?
Baca seri Sajak Langit lainnya :
https://www.kompasiana.com/tag/sajak-langit