(Seri Hari Hari Puisiku #111)
Ditulis oleh : eko irawan
Apakah semua lelaki Penipu.
Termasuk ayahmu, engkau dan aku.
Kenapa engkau jadi lelaki Penipu.
Mari maju,
Kita duduk bersama ceritakan padaku.
Ngaku ayo Ngaku.
Sesama penipu tak perlu drama palsu.
Ini untuk lelaki yang jadi ayah.
Seorang ayah yang dirindu.
Atau jadi ayah,
Yang dimusuhi anak anaknya.
Ayah yang cerewet, ayah yang diam.
Yang baik,
ayah yang tak banyak cing cong.
Berdarah darah berjuang untukmu.
Tak pernah sambat,
Walau lelah, payah, hampir menyerah.
Demi masa depan anak,
Tangguh ! Seperti tak ada apa apa.
Semua baik baik saja.
Tapi apa ada ayah bangsat?
Bapak keparat !
Pak engkau waras ?
Pak engkau Sehat ?
Ya ternyata ada ayah bangsat !
Yang mementingkan diri sendiri.
Jadi tua, tapi tidak dewasa.
Mau menang sendiri,
Anak dianggap,
jadi anak kecil terus.
Tak boleh tau apa apa.
Tak boleh ngerti apa apa.
Ayah selalu benar, anak selalu salah.
Ayah cap apa yang sebar aib anak.
Yang tak menolong,
Tapi sebar berita bohong anak anaknya.
Bela diri kok rendahkan martabat anak.
Anak bangsat,
Bapaknya super bangsat.
Anak keparat,
Bapaknya super keparat.
Anak dianggap penipu,
Bapaknya raja tukang tipu.
Setega itu duhai ayah ?
Apa kau tak butuh doa dari anak anakmu?
Kenapa, kenapa, jawablah !
Ya untuk ayah yang baik, terima kasih.
Kau teladan anak anakmu.
Tapi untuk ayah bangsat,
Kuserahkan engkau pada keadilan Tuhan.
Kau bukan tauladan,
Dan itu bukan urusanku.
Yang penting,
jadilah ayah yang baik demi anak anakmu.
Agar doa terbaik jadi hadiah terindah
dunia akhirat dari anak anakmu.
Agar aku ingat.
Tidak munafik.
Jadi lelaki Penipu demi masa depan anak.
Bukan lelaki Penipu,
Demi senang sendiri.
Berkacalah sebelum terlambat.
Bertobatlah sebelum diringkus malaikat.
De Huize Sustaination, 4 April 2024
Ditulis untuk Seri Hari Hari Puisiku 111