Puisi : Jangan Mau Ketinggalan Kereta
(Seri Puisi Epigram #25)
Ditulis oleh : eko irawan
Hati hati bukan berarti menunggu. Iya kalau batu. Cemerlang, diasah asuh oleh waktu. Bermakna menanti sang penemu. [1]
Sampai kapan ada reaksi, jika minus aksi. Apa berguna, menanti dituntun pihak lain. Merdeka itu berani inisiatif. Bebas itu berani tunjukan tawaran. [2]
Mulai dengan apa yang bisa. Bergerak semampu daya yang siap sedia. Kreatif itu mati, saat takut lebih dominan dari peka. Tak berani tampil, jangan harap ada yang menyapa. [3]
Semakin lama tak diasah, semakin tak dikenal. Semakin lama diam, ibarat pisau yang mulai berkarat. Jual mahal, bikin terkunci dalam kotak imajinasi. Merasa hebat tapi tafsir diri sendiri.
Mari bergerak, temukan gayamu. Passionmu dimana, bangun eksistensimu apa. Diam jadi tidur cantik tanpa karya. Ingat, Jangan mau ketinggalan kereta.
Keakuan Yang egois. Mengunci diri yang lupa. Tak peduli naik becak atau jalan kaki. Terlupakan, seribu tahun yang sia sia.[4]
De Huize Sustaination, 19 Februari 2024
Ditulis untuk Seri Puisi Epigram 25
Catatan kaki
[1] sikap hati hati merupakan cara antisipasi penuh pertimbangan. Hati hati cenderung diam, tak bertindak. Sikap Hati hati membuat menunggu, yaitu menanti reaksi dari pihak lain untuk menemukan. Iya jika ada pihak lain yang segera menemukan, jika tidak? Maka kita hanya menunggu dan menunggu dengan capaian yang tak terukur dan sampai kapan yang tidak diketahui. Itulah ilmu batu. Saat diketemukan, batu akan memiliki makna. Bisa jadi pondasi bangunan, bahkan ada yang jadi batu mulia berfungsi sebagai perhiasan.