Lihat ke Halaman Asli

Eko Irawan

Pegiat Sejarah, Sastra, Budaya dan Literasi

Bicara dengan Puisi #5: Fiksilogi

Diperbarui: 20 Oktober 2023   06:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri Eko Irawan seri bicara dengan puisi #5 lokasi monumen Chairil Anwar Kayutangan Malang

Bicara dengan puisi #5 : Fiksilogi
Ditulis oleh : eko irawan

Puisi itu fiksi. Dibaca bicara deklamasi. Didengar untuk dicermati. Hidup sekali harus punya arti.

Baca puisi, tak perlu malu. Bukan cengeng, bukan mendayu Dayu. Puisi itu bukan potret semu. Puisi itu fiksilogi ya kamu.

Fiksi bukan khayal, fiksi bukan tak masuk akal. Fiksi itu cara nikmati syukur tanpa sangkal. Bebaskan tarian pena, bebaskan jiwa dangkal. Ingat, bukan tak normal tapi inilah kenyataan.

Jujur, nanti tersinggung. Apa adanya, tidak disanjung. Jelas, akan dipentung, digulung. Tapi diam, tak guna berbuah murung.

Punya suara tapi bisu. Haruskah bungkam dalam deklamasi semu. Puja raja memuji permata palsu. Setinggi langit dalam bait nan rancu.

Rangkailah puisi, bermakna hakiki. Pena merdeka, dalam simbul murni. Bermakna kias, lahirkan inspirasi. Puisi itu fiksilogi tinggi, tak sombong tapi sejati.

Puisi makna dalam diksi. Mulut dibungkam tapi tidak dengan hati. Indah dirasa, dipeluk bait cinta hakiki. Jangan mati, bicaralah dengan puisi.

De huize Fiksilogi, 19 Oktober 2023
Ditulis untuk Seri Bicara dengan Puisi 5




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline