Kembul Topeng #2 Perkenalkan Topeng Malangan pada anak Usia Dini
Ditulis oleh : eko irawan
Salah satu cara paling jitu melestarikan budaya lokal adalah memperkenalkan tradisi budaya tersebut kepada anak anak sejak usia dini. Mereka adalah generasi penerus bangsa, yang kelak memegang tongkat estafet pelestarian budaya tanah kelahirannya. Kepedulian nguri nguri budaya harus sudah terbangun sejak mereka masih anak anak. Sebagian besar anak anak lebih familier dengan Doraemon, Marsya and Bears, knight riders dan produk budaya impor lainnya yang nota Bene budaya asing. Jika anak anak sudah dicekoki terus menerus budaya asing melalui tayangan multi media yang sekarang bisa diakses dirumah masing masing dengan sangat mudah, apa kelak dikemudian hari anak anak ini akan punya kepedulian terhadap budaya bangsanya sendiri? Pengenalan budaya lokal pada anak anak ini harus dimulai sejak dini agar kelak merekalah motor utama generasi yang akan tetap bangga pada karya leluhur dan akan jadi garda terdepan pelestari budaya, khususnya Topeng Malangan.
Upaya Padepokan Seni Mangun Dharma Tumpang dalam giat Kembul Topeng #2 pada hari kamis, 24 Agustus 2023 telah mengejawantahkan issue tersebut diatas dengan karya nyata yaitu dengan mengadakan LOMBA MEWARNA GAMBAR TOPENG Tingkat TK. Diharapkan dengan acara ini, anak anak sudah mengenal topeng Malangan sejak usia dini.
Berikut beberapa foto keseruan lomba mewarna gambar topeng tingkat TK dimaksud
Memperkenalkan Topeng Malangan
Tak kenal, maka tak sayang. Jika generasi penerus tidak kenal budaya lokal daerahnya, apa mereka kelak akan peduli jika budaya lokal daerahnya diklaim pihak asing?
Anak anak harus mengenal topeng Malangan sebagai khasanah budaya lokal daerahnya sesuai umur dan kemampuan intelektualnya. Dengan lomba mewarna gambar topeng, anak anak akan mengenali bentuk dan ciri khas warna yang disandang oleh bentuk karakter dari topeng dimaksud.
Akar budaya Topeng Panji bukan tiba tiba muncul begitu saja di era kekinian. Konon budaya topeng Malangan sudah dikembangkan sejak masa Raja Gajahyana di kerajaan Kanjuruhan. Budaya Topeng Malangan pada masa tersebut menjadi hiburan bagi keluarga Kerajaan dan warga masyarakat Kanjuruhan.
Penggunaan properti topeng dapat kita telusuri dari keberadaan dua prasasti, yaitu sumber data tertua yang memberitakan adalah dua prasasti dari masa pemerintahan Pu Sindok (Sri Isana), yaitu prasasti Himad (930 M.) dan prasasti Dinoyo A. Prasasti Himad memuat kata "matapukan (memainkan tari topeng)". Sajian seni berupa tari topeng dimaksud sebagai penyemarak ritus penetapan wanua (desa) Himad menjadi sima (perdikan). Hal yang sama juga dapat diketemukan dalam prasasti Dinoyo. Jadi sejak tahun 930 Masehi, kegiatan seni topeng sudah ada dan ditampilkan di daerah malang khususnya dalam acara kenegaraan yang bersifat formal dan sakral, yakni penetapan sima.
Kedua prasasti itu menyebut adanya seni pertunjukan tertentu, dimana pelaku seninya mengenakan properti yang berbentuk topeng. Bagaimana sejarah topeng Malangan, akan dibahas lebih detail dalam acara sarasehan topeng sbb :
Kita patut bangga, kegiatan Kembul Topeng #2 ini banyak memberikan wawasan tentang sejarah dan budaya asli malang. Selamat mengikuti dan turut berpartisipasi mengangkat dan melestarikan topeng Malangan menurut cara dan kemampuan masing masing.