Lihat ke Halaman Asli

Eko Irawan

Pegiat Sejarah, Sastra, Budaya dan Literasi

Kembul Topeng #2 Perkenalkan Topeng Malangan pada Anak Usia Dini

Diperbarui: 24 Agustus 2023   19:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri kembul Topeng #2

Kembul Topeng #2 Perkenalkan Topeng Malangan pada anak Usia Dini
Ditulis oleh : eko irawan

Salah satu cara paling jitu melestarikan budaya lokal adalah memperkenalkan tradisi budaya tersebut kepada anak anak sejak usia dini. Mereka adalah generasi penerus bangsa, yang kelak memegang tongkat estafet pelestarian budaya tanah kelahirannya. Kepedulian nguri nguri budaya harus sudah terbangun sejak mereka masih anak anak. Sebagian besar anak anak lebih familier dengan Doraemon, Marsya and Bears, knight riders dan produk budaya impor lainnya yang nota Bene budaya asing. Jika anak anak sudah dicekoki terus menerus budaya asing melalui tayangan multi media yang sekarang bisa diakses dirumah masing masing dengan sangat mudah, apa kelak dikemudian hari anak anak ini akan punya kepedulian terhadap budaya bangsanya sendiri? Pengenalan budaya lokal pada anak anak ini harus dimulai sejak dini agar kelak merekalah motor utama generasi yang akan tetap bangga pada karya leluhur dan akan jadi garda terdepan pelestari budaya, khususnya Topeng Malangan.

Upaya Padepokan Seni Mangun Dharma Tumpang dalam giat Kembul Topeng #2 pada hari kamis, 24 Agustus 2023 telah mengejawantahkan issue tersebut diatas dengan karya nyata yaitu dengan mengadakan LOMBA MEWARNA GAMBAR TOPENG Tingkat TK. Diharapkan dengan acara ini, anak anak  sudah mengenal topeng Malangan sejak usia dini.
Berikut beberapa foto keseruan lomba mewarna gambar topeng tingkat TK dimaksud

Dokpri Kembul Topeng #2

Dokpri kembul topeng #2

Memperkenalkan Topeng Malangan

Tak kenal, maka tak sayang. Jika generasi penerus tidak kenal budaya lokal daerahnya, apa mereka kelak akan peduli jika budaya lokal daerahnya diklaim pihak asing?
Anak anak harus mengenal topeng  Malangan sebagai khasanah budaya lokal daerahnya sesuai umur dan kemampuan intelektualnya. Dengan lomba mewarna gambar topeng, anak anak akan mengenali bentuk dan ciri khas warna yang disandang oleh bentuk karakter dari topeng dimaksud.

Akar budaya Topeng Panji bukan tiba tiba muncul begitu saja di era kekinian. Konon budaya topeng Malangan sudah dikembangkan sejak masa Raja Gajahyana di kerajaan Kanjuruhan. Budaya Topeng Malangan pada masa tersebut menjadi hiburan bagi keluarga Kerajaan dan warga masyarakat Kanjuruhan.

Penggunaan properti topeng dapat kita telusuri dari keberadaan dua prasasti, yaitu sumber data tertua yang memberitakan adalah dua prasasti dari masa pemerintahan Pu Sindok (Sri Isana), yaitu prasasti Himad (930 M.) dan prasasti Dinoyo A. Prasasti Himad memuat kata "matapukan (memainkan tari topeng)". Sajian seni berupa tari topeng dimaksud sebagai penyemarak ritus penetapan wanua (desa) Himad menjadi sima (perdikan). Hal yang sama juga dapat diketemukan dalam prasasti Dinoyo. Jadi sejak tahun 930 Masehi, kegiatan seni topeng sudah ada dan ditampilkan di daerah malang khususnya dalam acara kenegaraan yang bersifat formal dan sakral, yakni penetapan sima. 

Kedua prasasti itu menyebut adanya seni pertunjukan tertentu, dimana pelaku seninya mengenakan properti yang berbentuk topeng. Bagaimana sejarah topeng Malangan, akan dibahas lebih detail dalam acara sarasehan topeng sbb :

Dokpri kembul Topeng #2


Kita patut bangga, kegiatan Kembul Topeng #2 ini banyak memberikan wawasan tentang sejarah dan budaya asli malang. Selamat mengikuti dan turut berpartisipasi mengangkat dan melestarikan topeng Malangan menurut cara dan kemampuan masing masing.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline