Lihat ke Halaman Asli

Eko Irawan

Pegiat Sejarah, Sastra, Budaya dan Literasi

Balada Buku Dahulu Sekarang dan Masa Depan

Diperbarui: 25 Mei 2023   16:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri Eko Irawan foto 8 April 2023 diolah dengan snapsheed

Balada Buku, dahulu, sekarang dan Masa Depan
Ditulis oleh Eko Irawan

Sebagai penulis, menerbitkan buku dan buku kita terpajang di toko buku merupakan kebanggaan tersendiri. Berita tutupnya seluruh Jaringan toko buku Gunung Agung secara bertahap hingga akhir tahun 2023 ini, sangat mengejutkan sekaligus memprihatinkan. Toko buku adalah tempat bagi sebagian orang melakukan aktifitas rekreatif. 

Sebagai pecinta buku, khususnya buku cetak, berita tersebut menambah panjang daftar bergugurannya toko toko buku di Indonesia. Di Kota Malang, dahulu pernah ada Toko Buku Siswa dan Toko Buku Paling Lengkap yang sekarang sudah tutup. Toko buku sesuai perkembangan jaman mungkin saja berguguran, namun buku jangan sampai sekarat. Semoga ada solusi terbaik untuk menumbuhkan dunia literasi di negeri ini.

Sejarah Buku

Menurut Wikipedia, Awalnya, buku pertama disebutkan lahir di Mesir pada tahun 2400-an SM setelah orang Mesir menciptakan kertas papirus. Kertas papirus yang berisi tulisan ini digulung dan gulungan tersebut merupakan bentuk buku yang pertama. Buku memang seiring sejalan dengan perkembangan peradaban manusia, khususnya perkembangan bahasa dan aksara.

Di Indonesia, konon buku sudah mulai dikenal sejak jaman Majapahit. Negarakertagama adalah buah karya Mpu Prapanca yang mengulas perjalanan Raja Hayam Wuruk, keliling wilayah Kerajaan Majapahit. Buku ini tertulis dalam bentuk syair tembang dalam 47 lembar lontar. Syair itu berisi 386 bait. Selesai pada September-Oktober 1365. Ada pula Kakawin Sotasoma, karya Mpu Tantular dimana istilah Bhineka Tunggal Ika muncul untuk pertama kalinya.

Pada masa kejayaan kerajaan Mataram Islam, dapat kita temukan Salah satu pujangga yang sangat masyhur, dia adalah Ranggawarsita dari keraton Surakarta. Karya-karyanya antara lain, Serat Wirid Hidayat Jati dan Serat Kalatidha.

Berlanjut Pada abad 19, pada masa kolonial, lahir sebuah novel yang berjudul  Max Havelaar, yang ditulis oleh Multatuli (nama samaran dari Eduard Douwes Dekker). Novel ini terbit pada 1860, dan menjadi salah satu pemicu lahirnya Politik Etis. Para pendiri bangsa juga berjuang di dunia literasi dan bahkan  mereka mengalami hukuman buang dikarenakan tulisan tulisannya. Hingga di masa kemerdekaan, buku terus berkembang dan menjadi media penting dalam dunia pendidikan di Indonesia.

Demikian sekilas sejarah buku di Indonesia. 

Balada buku di era kekinian

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline