Bagaimana Caramu Merayakan Hari Buku Nasional 17 Mei
(Bookarazi Logophile #2)
Ditulis oleh Eko Irawan
Hari Buku Nasional diperingati setiap tanggal 17 mei dan setiap tanggal 23 April oleh UNESCO diperingati sebagai Hari Buku Sedunia, atau dikenal pula dengan sebutan Hari Buku dan Hak Cipta Sedunia dan Hari Buku Internasional.
Pada tahun 2019, Program for International Student Assessment (PISA) menunjukkan Indonesia berada di peringkat ke 62 dari 70 negara. Artinya, Indonesia adalah 10 negara terbawah dengan tingkat literasi yang rendah.
Selain survei yang dilakukan oleh PISA, data dari UNESCO juga mengatakan hal yang sama. Dikutip dari situs Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), minat baca masyarakat Indonesia hanya sebesar 0,001 persen. Artinya, hanya ada 1 dari 1.000 orang Indonesia yang rajin membaca. UNESCO juga menempatkan Indonesia sebagai negara terendah kedua untuk tingkat minat baca. Sangat miris, apakah yang termasuk sangat rendah minat bacanya ini termasuk anda? Sudah tidak sekolah dan kuliah sehingga sudah tidak butuh membaca.
Membaca saja malas, apalagi memiliki koleksi buku di rumah. Keberadaan ruang baca dengan perpustakaan di rumah seolah olah memiliki neraka yang dihindari. Banyak faktor yang jadi penyebab diantaranya disebabkan karena kolonialisme dan penjajahan.
Para penjajah ingin bangsa kita jadi bangsa yang bodoh dan bisa diadu domba dengan cara ditipu, salah satu cara yang ditanamkan adalah malas membaca dan menganggap membaca hanya untuk kepentingan sekolah. Kesadaran pribadi untuk membaca tanpa disuruh orang lain belum dimiliki. Penetapan 17 mei sebagai hari buku adalah upaya luar biasa karena budaya membaca perlu dibangun di negeri ini agar Indonesia menjadi negara maju di masa mendatang.
Ayo Membaca dan Menulis
Kebiasaan membaca dan menulis ini perlu digiatkan sejak pendidikan dini. Mari kita mulai dari diri sendiri dan tidak ada istilah terlambat untuk meningkatkan kapasitas pribadi. Dengan membaca kita jadi tahu, dan dengan menulis kita bisa berbagi ilmu dengan sesama.
Tak perlu pusing dengan tema bacaanmu, karena hari ini minat bacaan apa, bacalah. Dewasa ini sudah banyak lingkungan, komunitas dan kampung mulai membangun fasilitas perpustakaan.
Para pegiat Kampung Nila Slilir, cikal bakal Redtis Aquaculture di Bakalan Krajan Kota Malang memulai inovasinya juga dengan membaca. Mereka membaca dan menerapkan teknologi bioflok untuk budidaya ikan nila di kolam terpal hingga inovasi ini mampu menembus sebagai salah satu juara nasional inovasi pelayanan publik di Kemenpan RB di Jakarta. Pengetahuan teknis budidaya nila bioflok di kolam terpal ini didapat dari proses belajar bersama membaca literatur penelitian dan jurnal tentang budidaya nila baik dari dalam maupun luar negeri.
Kebiasaan membaca ini juga dapat kita Temui di Kampoeng Sedjarah Kelurahan Sumbersari Kota malang yang membangun inovasi Museum Reenactor Ngalam lengkap dengan perpustakaannya. Khusus disini fokus pada materi sejarah perjuangan era 1945-1949 di Indonesia, khususnya diseputar malang raya.