Lihat ke Halaman Asli

Eko Irawan

Pegiat Sejarah, Sastra, Budaya dan Literasi

Cinta Bukan Mesin (Seri Puisi Asmaraloka #43)

Diperbarui: 5 Mei 2023   09:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri seri puisi asmaraloka #43 foto 28 April 2023 diolah dengan snapsheed

Puisi : Cinta Bukan Mesin
(Seri Puisi Asmaraloka #43)
Ditulis oleh Eko Irawan

Wahai jiwa nan letih. Warna hidup bukan hitam putih. Alur silih berganti, Alir antara pilih memilih. Bergerak atau diam tersisih.

Keluh kesah tertatih, berletih letih. Hidup tergerus buih. Dikejar wajib bertumpang tindih. Lewatlah sang waktu, lupa hidup butuh berkasih.

Tak sempat, cintapun tersisih. Nafas tertatih, tanggungan mendidih. Wajib ada menindih menagih. Menerkam siapapun tanpa pilih.

Hidup hampa, kelam tak jernih. Sirna makna, dunia penuh pamrih. Cinta bukan mesin, cintapun pedih, perih, penuh selisih. Tak sempat, jadi risih hilang welas asih.

De Huize Kantor, 5 Mei 2023

Ditulis untuk Seri Puisi Asmaraloka 43

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline