Menelusuri Jejak Chairil Anwar di Malang
(Seri Malang Melintang Binatang Jalang #1)
ditulis oleh : Eko Irawan
Artikel berikut merupakan tulisan awal dari seri Malang Melintang Binatang Jalang #1, berjudul Menelusuri Jejak Chairil Anwar Di Malang.
Apakah Apa ada yang mengetahui Keberadaan Tugu Chairil Anwar berada di Malang? Ternyata ada yang baru mengetahuinya jika monumen yang berada di Jalan Kayutangan tersebut adalah Monumen dari Chairil Anwar. Kok bisa ada di Malang, bagaimana sejarahnya,artikel berikut akan membahas sekilas Catatan Menelusuri Jejak Chairil Anwar di Malang. Selamat membaca, semoga menambah pengetahuan dan menginspirasi.
Jejak Patung Chairil Anwar
Selama ini keberadaan Patung Chairil Anwar yang dikenal di Indonesia ada di Jakarta. Berbentuk patung dada atau lebih dikenal dengan gaya torso, terbuat dari bahan perunggu. Patung ini terletak di dalam Taman Monas Utara, pada bagian utara Patung Diponegoro.
Patung Torso Chairil Anwar ternyata dapat diketemukan juga di Kota Malang.
Lokasinya berada di pertigaan kawasan Kayutangan Heritage, tepat di depan Gereja Kayutangan Kota Malang.
Jadi Diseluruh Indonesia, hanya terdapat dua patung Chairil Anwar, satu di Jakarta satunya di Malang. Hal ini sangat istimewa. Patung ini telah ditetapkan sebagai situs cagar budaya oleh Pemerintah Kota Malang pada Tahun 2022 kemarin.
Dikutip dari situs Kliktimes.com, Monumen Chairil Anwar merupakan salah satu monumen yang bersejarah di Kota Malang. Monumen tersebut dibangun pada tahun 1955. Kemudian disahkan oleh Wali Kota Malang; Sardjono Wirjohardjono pada tanggal 28 April 1955. Pendirian monumen ini diilhami oleh salah seorang tokoh Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP) bernama Achmad Hudan Dardiri. Kemudian, pembangunan patung dikerjakan oleh perupa bernama Widagdo.
Pendirian monumen Chairil Anwar ini didasari akan kiprah sang penyair pada tanggal 23 Februari hingga 6 Maret 1947 dalam agenda Sidang Pleno Kelima, Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Sidang pleno yang dilangsungkan di gedung Societiet Concordia (gedung Sarinah Kota Malang) membawa nama Chairil Anwar sebagai perwakilan sastrawan yang menyuarakan pendapat lewat kata-kata.
Memaknai Monumen Chairil Anwar
Keberadaan monumen Chairil Anwar di Malang sudah saatnya dimaknai positif agar menjadikan kota Malang jadi pusat episentrum sastra khususnya puisi. Hal ini merupakan tantangan bagi para pegiat dan komunitas yang peduli sastra di kota Malang. Kehadiran Chairil Anwar di Malang sebagai pejuang sastrawan yang berjuang melalui kata kata adalah inspirasi para Sastrawan dan pegiat sastra puisi di malang raya untuk memulai langkah nyata menghidupkan atmosfir sastra puisi agar makin bergairah, khususnya bisa diawali di seputar Monumen Chairil Anwar. Sudah saatnya sastra puisi punya tempat apresiasi dan kebetulan jejak Chairil Anwar pernah ada di Malang.
Bulan April sendiri punya makna tersendiri sebagai Hari Puisi Nasional, tepatnya 28 April yang bertepatan dengan meninggalnya sang Sastrawan. Tercatat Pada era 1950-an, tanggal kematian Chairil Anwar (28 April) sempat diperingati sebagai Hari Sastra Nasional. Meski demikian, penetapan ini tidak disambut oleh semua penyair Indonesia, dan sebagian kelompok menetapkan Hari Sastra sesuai tanggal lahir Chairil (26 Juli) yang diperingati sebagai Hari Puisi Nasional. Pada 22 November 2012, dideklarasikan Hari Puisi Nasional 26 Juli di Pekanbaru, Riau. Apakah Hari Puisi Nasional itu 28 April atau 26 Juli, maknanya tetap sama, yaitu tetap memperingati Chairil Anwar. Karena Bulan ini masih April, maka yang dirayakan bisa tanggal 28 April, sebagai upaya menghidupkan kembali dunia sastra puisi di Malang Raya.
Semoga artikel ini menginspirasi.