Panggung Seni Budaya Kawedanan Tumpang, bisakah bangkit Kembali?
Sebuah tempat tersembunyi disebelah Selatan Pasar Tumpang, Kabupaten Malang. Ada sebuah lorong kecil bisa diakses para warga yang belanja ke pasar dari arah Puskesmas Tumpang melalui Jalan Setiawan Tumpang.
Ada sebuah tenda yang biasa digunakan untuk gantangan lomba burung, menutupi sebuah panggung terbuka yang kini merana. Penulis pertama kali datang ke tumpang sekitar tahun 1998, Panggung Karya Pak Abu Hasan ini tinggal cerita kenangan pernah digunakan oleh muda mudi karang taruna Desa Tumpang.
Sambil menikmati mie pangsitnya Cak Sirep, di bawah ringin Tumpang, warga sekitar bercerita banyak kenangan tentang Panggung Terbuka di eks kawedanan tumpang tersebut.
Kebetulan yang penulis wawancarai adalah muda mudi Dusun Ledoksari Desa Tumpang yang dulu gemar bermain operet remaja dipentaskan disana. Ditahun 1998, sepengetahuan penulis, panggung terbuka itu sudah tidak digunakan untuk giat seni budaya.
Fasilitas ini boleh dibilang istimewa, karena tak semua daerah memiliki, tapi kenapa yang memiliki fasilitas malah tidak mampu dimaksimalkan untuk berkegiatan.
Secara spesifik penulis tidak berhasil memperoleh jawaban, kenapa nasib panggung terbuka di eks kawedanan Tumpang ini sangat memprihatinkan dan nyaris tidak digunakan selama 25 tahun terakhir. Kawedanan Tumpang Di era tahun 80-90-an sangat viral.
Siapa yang tidak kenal dengan Kawedanan Tumpang? Area publik paling representatif saat itu, tempat dimana hampir sebagian besar aktifitas warga Tumpang seperti seni-budaya, olah raga, festival musik, acara perpisahan sekolah, pentas seni, pesta perkawinan, menerima tamu tamu penting dari luar dan tentu saja tempat kebanggan masyarakat Tumpang saat itu. Tapi itu dulu.
Tapi saat ini .....
Kawedanan Tumpang sudah bertahun-tahun merana, dibiarkan begitu saja?