Puisi : Drama Jalan Sengsara
Jenuh. Penuh. Gemuruh.
Pelarian bodoh orang orang rapuh.
Pupus dilanda balada rusuh.
Bertahan tapi sakit.
Bertahan tapi rumit.
Jalan tertatih, merintih. Tertindih.
Sia sia, karena hati sudah tak mampu pulih. Tersakiti. Mati. Tak bisa kembali.
Drama Jalan sengsara.
Tak ada bahagia dengan pura pura.
Bahagia hampa jika terus sandiwara.
Untuk apa bertahan dalam derita.
Sudah jelas, apa kurang jelas.
Rasa ini terampas. Terhempas.
Gulung tikar jauh dari impas.
Buang waktu, semua telah lepas.
Karena milik kita tamat terampas.
Saatnya akhiri susah.
Memaksa diri tapi telah tak sejalan.
Berbeda tak searah.
Karena hati tak bisa dibodohi.
Hati menolak direkayasa.
Dulu itu sakit. Tak termaafkan. Tak terlupakan. Bikin jauh dari berkah Tuhan. Haruskah dianggap tak ada apa apa?
Membela sang keparat, tapi bunuh diri.
Kebodohan macam apa ini?
Jawab duhai Jalang!!
Drama jalan sengsara.
Hanya orang merugi yang mau bertahan.
Sudahi duka, sudahi sengketa.
Karena ujung jalan ini, butuh jawaban.
Tanpa drama. Tanpa sandiwara.
De Huize Tilapia, 9 Maret 2023
Ditulis oleh Eko Irawan
Untuk Seri Hari Hari Puisiku 73
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H