Lihat ke Halaman Asli

Eko Irawan

Pegiat Sejarah, Sastra, Budaya dan Literasi

Kopi Nikmat Setelah Diaduk (Seri Hari Hari Puisiku #72)

Diperbarui: 3 Maret 2023   11:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seri hari hari puisiku #72, dok. pribadi

Kopi itu Nikmat Setelah diaduk

Jika sudah tak kuat, tinggal ngopi.
Sungguh hidup itu sederhana.
Tak perlu berbantah, selisih tiada guna.
Semua ada prosesnya.

Mungkin sudah jenuh melihat hidup.
Campur aduk rasa menghunjam hari hari.
Tak pernah selesai, menumpuk tiada usai.

Tak pantas putus asa. Masih yakin ada waktunya. Saat diri Terjebak masalah dan dilema. Menunggu, sedang menunggu apa.

Ngopi bukan pelarian. Tapi saatnya menata pikiran dan hati. Kenapa ujian ini bertubi. Satu belum selesai, satu yang lain muncul memulai.

Memaknai ngopi. Tanpa diaduk, akan hambar tanpa arti. Karena, Kopi itu nikmat setelah diaduk. Paduan Pahit manis akan terasa. Mencairkan jenuhnya hati dan jiwa.

Nikmat hidup bukan omong kosong. Mengeluh hanya menambah beban. Kopi saja nikmat setelah diaduk, hidup juga akan nikmat setelah ujian demi ujian. Masak manusia diciptakan untuk terus menerus menderita? Adilkah?

Sabar dan Syukur jadi kunci. Hidup memang belajar menerima dan jalani. Protes bukan solusi, harus terus berjuang dan berusaha setiap hari. Karena hasil tak akan ingkari usaha.

Kopi saja nikmat setelah diaduk. Semoga diberi kekuatan untuk hadapi sebelum remuk. Kuyakin, ujian ini tak akan melebihi kemampuan. Duh Penguasa Langit bumi, Jangan biarkan hamba ini terus terjebak tanpa kepastian. Menunggu tanpa jawaban. Tersiksa tanpa dukungan.

De Kantoor, 3 Maret 2023
Ditulis oleh Eko Irawan
Ditulis untuk Seri Hari Hari Puisiku
72




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline