Lihat ke Halaman Asli

Eko Irawan

Pegiat Sejarah, Sastra, Budaya dan Literasi

Langit Masa Lalu (Seri Sajak langit #17)

Diperbarui: 17 Oktober 2022   20:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri seri sajak langit #17

Puisi : Langit Masa Lalu

Termenung. Tafakur dibatas langit. Ada apa disana. Langit tak kosong. Kehampaan penuh tanda. Tanda agar manusia mau berpikir.

Tak bisa kau simpulkan sendiri. Jangan sombong, merasa terpintar. Paling tahu, paling paham. Padahal itu versimu sendiri, tanpa ilmu.

Langit yang kita pandang, langit masa lalu. Bintang terdekat, matahari. Apa itu kondisi sekarang, saat kau melihatnya. Sesuai ruang waktu bumi. Ternyata itu kondisi matahari 8 menit yang lalu.

Bintang Sirius, berjarak 8,6 tahun cahaya. Saat sekarang melihatnya, itu kondisi 8,6 tahun lalu waktu bumi. Cahaya kerlap Kerlip Sirius, butuh 8,6 tahun cahaya saat mata melihatnya.

Galaksi terdekat kita, Andromeda. Jaraknya 2,5 juta tahun cahaya. Melihat Andromeda sekarang, adalah kondisi 2,5 juta tahun lalu. Apa yang kau lihat di langit jauh, cahaya cahaya itu, terjadi dimasa lalu.

Langit masa lalu. Bintang bintang itu, cahaya cahayanya sampai kita melihatnya. Butuh waktu yang lama dalam ukuran waktu bumi. Maha Besar Allah dengan segala Ciptaannya.

Langit tetap mempesona. Langit penuh misteri. Belajar langit membuatmu sadar. Bahwa kesombongan manusia bagai titik debu. Yang hampa bukan langit, tapi manusia yang bodoh dihamparan semesta.

Malang, 17 Oktober 2022
Ditulis oleh Eko Irawan
Untuk seri sajak langit 17

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline